Korut Klaim Sukses Uji Coba Peluncur Rudal Super-besar

1 November 2019 15:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menonton siaran TV yang menunjukkan peluncuran rudal di Korea Utara.  Foto: REUTERS / Heo Ran
zoom-in-whitePerbesar
Warga menonton siaran TV yang menunjukkan peluncuran rudal di Korea Utara. Foto: REUTERS / Heo Ran
ADVERTISEMENT
Pemerintah Korea Utara mengklaim kesuksesan uji coba peluncur rudal "super-besar" pada Kamis (31/10). Namun langkah Korut ini menuai protes dari negara-negara tetangga seperti Jepang dan Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Klaim ini disampaikan media pemerintah Korut, KCNA, pada Jumat (1/11), seperti dikutip Reuters. KCNA menyebutnya alat uji tembak itu sebagai sebagai "peluncur rudal ganda super-besar". Uji coba yang sama sebelumnya juga dilakukan Korut pada Agustus dan September.
Atas kesuksesan tersebut, pemimpin Korut Kim Jong-un merasa sangat gembira. Dia mengaku puas dan mengucapkan selamat serta memuji para ilmuwan pengembang senjata tersebut. Keterangan ini menunjukkan bahwa Kim tidak berada di lokasi pada Kamis, tidak seperti uji sebelumnya.
KCNA mengatakan, pengujian menunjukkan bahwa peluncur mereka mampu menembakkan rudal dalam jumlah banyak sekaligus, memberikan efek kejut pada musuh.
Warga menonton siaran TV yang menunjukkan peluncuran rudal di Korea Utara. Foto: REUTERS / Heo Ran
Uji coba itu mengejutkan Jepang dan Korsel. Menteri Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan peluncuran rudal itu adalah pelanggaran resolusi PBB. Suga mengatakan Jepang melancarkan protes terhadap Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Sementara Korsel, walau protes, namun mengaku uji coba rudal itu bukan ancaman besar. "Kami juga melakukan uji tembak rudal, tidak kurang dari yang dilakukan Korut. Pertahanan rudal dan kemampuan intersepsi kami jauh lebih baik dari mereka," kata penasihat keamanan nasional Korut, Chung Eui-yong.
Peluncuran ini dilakukan di tengah mandeknya perundingan antara Korea Utara dan Amerika Serikat soal denuklirisasi dan pencabutan sanksi. Pertemuan kedua pihak awal Oktober lalu di Swedia berakhir tanpa ada kesepakatan.