KPAI Ingatkan Bully Bukan Candaan

21 November 2022 18:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak sedih, anak stres, anak jadi korban bully. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sedih, anak stres, anak jadi korban bully. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernah mengalami candaan di tongkrongan tapi membuat kamu merasa tersisihkan? Hati-hati, itu bisa jadi sudah masuk kategori bullying atau perundungan, bukan lagi candaan.
ADVERTISEMENT
Komisioner KPAI Retno Listyarti menjelaskan ciri-ciri bully yang tidak dapat dikategorikan ke dalam candaan.
Suatu tindakan termasuk ke dalam perundungan bila melibatkan perilaku agresif, ada ketimpangan kekuasaan antara yang melontarkan candaan dan yang dibercandai, tindakan yang berlaku berulang, hingga paksaan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
"Bully jika perilaku agresif, relasi kuasa yang timpang, keberulangan, paksaan yang menimbulkan ketidaknyamanan/rasa sakit atau cedera," ujar Retno kepada kumparan melalui pesan teks, Senin (21/11) siang.
Retno menegaskan bahwa tindakan bully ditentukan oleh korban sebab dapat dirasakan oleh korban. Bila salah satu pihak merasa tidak nyaman, maka tindakan tersebut termasuk bully.
"Bully atau tidak yang menentukan korban, bukan pelaku. Kalau korban merasa tersakiti atau merasa tak nyaman maka itu sudah masuk bully," tegas Retno.
ADVERTISEMENT
Ujaran ini juga sejalan dengan ucapan Psikolog Klinis dari RS Eka Hospital BSD Reynitta Poerwito. Reynatta setuju selama tindakan seseorang sudah membuat orang lain merasa tidak nyaman sekalipun pelaku menyebut itu sebagai candaan, tindakannya adalah bully.
Tindakan bully dengan dalih 'bercanda' lebih dari sering ditemui di masyarakat. Reynitta mencontohkan saat pelaku memberi ungkapan yang mengolok kemudian beralasan 'tapi kan aku cuma bercanda'. Ini bukan lagi bercanda melainkan bully.
Ilustrasi tertawa karena mendengarkan humor. Foto: Shutter Stock
Ia menyebut alasan 'bercanda' menjadi kata yang paling sering digunakan seseorang untuk menyangkal bahwa dirinya telah melakukan tindakan bully.
"Nah tetapi ('bercanda') itu menjadi satu kalimat yang sangat common ya untuk bisa seseorang melakukan bullying itu punya cara untuk apa ya namanya men-deny bahwa dia melakukan bullying," jelas Reynitta kepada kumparan, Senin (21/11).
ADVERTISEMENT
Solusi sederhana yang Reynitta berikan untuk membedakan candaan dan bully adalah dengan mengetahui bahwa candaan yang dilontarkan dapat dinikmati kedua pihak.
"Apakah orang ini yang kita bercandain juga menikmati. Kalau bercanda itu harus sama-sama bercanda, saling menikmati, saling ketawa," pungkasnya.