KPAI: Kasus Omicron Meningkat, PTM 100% dalam 5 Hari Berisiko

5 Januari 2022 10:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SMAN 20, Jakarta Pusat Senin (3/1). Foto: Nugroho GN/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SMAN 20, Jakarta Pusat Senin (3/1). Foto: Nugroho GN/kumparan
ADVERTISEMENT
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan pengawasan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen yang berlangsung di tiga SD dan 1 SMP di DKI Jakarta. Hal ini menyusul sudah mulai diperbolehkannya sekolah melaksanakan PTM 100 persen, karena kasus COVID-19 sudah mulai menurun.
ADVERTISEMENT
Komisioner KPAI Retno Listyarti menuturkan, berdasarkan hasil pemantauan di empat sekolah tersebut secara kesiapan sudah cukup tinggi, termasuk capaian vaksinasi corona guru dan peserta didiknya.

Apa saja yang menjadi sorotan KPAI terkait PTM 100 persen di DKI?

Untuk capaian vaksinasi di Jakarta, anak-anak berusia 12-18 tahun sudah lebih 95 persen termasuk dua dosis. Sedangkan vaksinasi anak usia 6-11 tahun capaian juga cukup tinggi, hanya saja kebanyakan baru dosis 1.
Dari kesiapan PTM juga terlihat dari penyiapan infrastruktur Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), SOP, kerja sama dengan Puskesmas terdekat, bahkan ada pendamping dari para pengawas sekolah dan Kasatlak di masing-masing kecamatan di mana sekolah berada.
Lebih lanjut, sosialisasi kepada pendidik maupun kepada orang tua peserta didik juga dilakukan melalui zoom meeting sebelum PTM 100%, dan saat pengambilan hasil belajar semester ganjil di sekolah. Para orang tua peserta didik juga menyambut baik PTM, meskipun agak kaget ketika PTM-nya langsung 100 persen dan 5 hari dalam seminggu.
Seorang siswa diperiksa suhu tubuhnya sebelum mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN 08 Kenari Jakarta, Senin (3/1/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara Foto
SOP kedatangan siswa juga disiapkan dan dilaksanakan dengan baik, mulai dari cek barcode PeduliLindungi, ukur suhu badan, cuci tangan, memakai masker dan pengaturan menuju kelas. Antrean cuci tangan juga diatur agar tidak terjadi penumpukan. Namun, begitu memasuki kelas, maka ketentuan untuk jaga jarak 1 meter sulit diterapkan.
ADVERTISEMENT
SOP kepulangan siswa dinilai sudah disiapkan dengan baik agar saat kepulangan tidak terjadi kerumunan. Sehingga dibuat tiap kelas pulangnya di jeda waktunya sehingga tidak berbarengan untuk menghindari penumpukan. Namun, dalam praktiknya, dari hasil pengawasan masih ada penumpukan, karena orang tua siswa terlambat menjemput anak-anaknya. Akibatnya, anak-anak yang menunggu dekat pintu gerbang menjadi menumpuk.
“Sekolah sudah berusaha maksimal, namun para orang tua yang terlambat menjemput menjadi kendala dalam menghindari penumpukan," ujar Retno.
Saat berkeliling dari satu kelas ke kelas lainnya, terlihat para peserta didik sulit jaga jarak. Ukuran ruangan kelas yang kecil dengan peserta didik antara 32-40 orang membuat jaga jarak yang ideal antara satu siswa dengan siswa lainnya di masa pandemi menjadi sulit dilakukan.
ADVERTISEMENT
Terlebih, jam belajar ditambah yang semula hanya 4 jam per hari menjadi 6 jam per hari. Hal ini berarti puluhan anak lebih lama berada di dalam ruangan bersama gurunya dalam jumlah cukup banyak.
Akan tetapi, karena waktu pelaksanaan PTM jadi lebih lama, ditambah Indonesia sedang menghadapi ancaman COVID-19 varian Omicron, KPAI meminta kebijakan ini untuk dipertimbangkan kembali.
Komisioner KPAI, Retno Listyarti di SMPN 147 Ciracas. Foto: Reki Febrian/kumparan
"KPAI mendorong Kemendikbudristek, Kementerian Agama dan Dinas-dinas pendidikan di seluruh Indonesia untuk mempertimbangkan kembali menggelar PTM 100 persen, dengan kapasitas siswa di kelas 100 persen, dan masuk sekolah 100 persen atau 5 hari sekolah dengan 6 jam pelajaran per hari," ungkap Retno dalam keterangannya, Rabu (5/1).
"Hal ini dengan mempertimbangkan meningkatnya kasus Omicron di Indonesia dan masyarkat baru usai liburan natal dan tahun baru. Setidaknya tunggulah minimal sampai 14 hari usai liburan akhir tahun," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
KPAI juga mendorong pemerintah pusat maupun daerah untuk mempercepat dan melakukan pemerataan vaksinasi anak berusia 6-11 tahun di seluruh Indonesia. Setidaknya, bisa mencapai target minimal 70 persen di masing-masing wilayah.
"Mengingat, vaksinasi anak usia 12-17 tahun saja yang sudah mulai Juli 2021 belum mencapai 70 persen, apalagi vaksinasi usia 6-11 tahun, Oleh karena itu, pemerintah perlu kerja keras melakukan percepatan dan pemerataan vaksinasinya," jelas Retno.

KPAI Ikut Awasi Vaksinasi Anak Usia 6-11 tahun

Orang tua mengantar anak mengikti vaksinasi COVID-19 khusus untuk TK/Paud. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
KPAI juga melakukan pengawasan pemberian vaksinasi anak usia 6 – 11 tahun pada sentra-sentra vaksin sekolah di Kota Bogor, Kota Bekasi, dan Jakarta. Dari hasil pengawasan, terlihat antusiasme para orang tua maupun anak-anaknya untuk divaksin. Bahkan, anak-anak tampak percaya diri dan tak takut disuntik.
ADVERTISEMENT
Retno mengungkapkan, saat mewawancarai perwakilan orang tua maupun anak, terungkap alasan ingin divaksin agar bisa berpergian ke mal ataupun tamasya keluar kota ketika sudah divaksin. Namun, lebih banyak yang mengungkapkan alasannya untuk bisa mengikuti PTM dengan aman.
Bahkan untuk Jakarta, hanya sekitar 2-5 anak saja yang belum mendapatkan vaksin COVID-19 dosis pertama untuk usia 6-11 tahun pada sentra-sentra vaksin sekolah yang diawasi langsung.
Tenaga kesehatan yang bertugas saat diwawancarai juga menyatakan antusiasme orang tua untuk mengizinkan anaknya divaksin COVID-19 sangat menggembirakan, karena capaiannya hampir 100%. Hal ini berbeda dengan program pemberian vaksin anak sekolah yang rutin diselenggarakan di sekolah, izin orang tua umumnya berkisar 50% saja atau separuhnya.
Meski begitu, Retno mendorong pemerintah untuk menunda PTM bagi siswa-siswinya yang belum semua divaksin lengkap dua dosis.
ADVERTISEMENT
"KPAI mendorong Dinas-dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama di seluruh Indonesia untuk menunda PTM bagi siswa TK dan SD sebelum peserta didiknya diberikan vaksinasi lengkap 2 dosis. Hal ini demi menjamin pemenuhan hak hidup dan hak sehat bagi anak-anak Indonesia saat PTM digelar," pungkasnya.