KPAI Temukan Anak di Demo Tolak Omnibus Law: Dibayar Rp 5.000, Bosan PJJ

13 Oktober 2020 18:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak yang terpantau terlibat dalam demo menolak omnibus law. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak yang terpantau terlibat dalam demo menolak omnibus law. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
KPAI melakukan pengawasan anak-anak saat demo menolak Omnibus Law, Selasa (13/10). Mereka menemukan masih banyak anak-anak yang ikut dalam demo.
ADVERTISEMENT
Penemuan ini dilaporkan oleh Jasa Putra, Komisioner KPAI di Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak. Ia sempat berbincang dengan beberapa anak yang datang dari Cengkareng hingga Grogol.
"Mereka 2 kali dari Cengkareng naik mobil bak. Dari Cengkareng sampai Grogol kemudian dari Grogol sampai Harmoni. Dari Harmoni mereka jalan sampai di sini," kata Jasra dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/10).
Anak-anak yang terpantau terlibat dalam demo menolak omnibus law. Foto: Dok. Istimewa
Mereka juga bercerita tentang sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang membuat mereka bosan. PJJ hanya memberikan tugas, sehingga banyak waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan efektif.
Jasra juga menemui beberapa anak seusia SD, yang datang dan membawa lembaran uang Rp 5.000. Jasra mengulik, asal uang tersebut.
"Saya berseloroh di depan mereka 'wah duitnya bagus nih dan rokoknya' mereka menjawab itu ada abang-abang yang ngasih. Mereka kemudian lanjut, nampak seorang Ibu penjual berteriak rokok ketengan rokok ketengan, kemudian mereka membeli. Setelah itu mereka menuju gerobak jualan es," ucap Jasra.
Anak-anak yang terpantau terlibat dalam demo menolak omnibus law. Foto: Dok. Istimewa
Tak hanya itu, Jasra juga menjumpai beberapa anak perempuan SMK Jatinegara. Ia datang ke aksi tersebut atas ajakan teman. Sekali lagi, si anak menyebutkan bahwa ia bosan dengan metode pembelajaran PJJ.
ADVERTISEMENT
"Selanjutnya saya menghampiri anak SMP. Ia mengaku naik kereta dari Tangerang ke sini. Ikut ini ajakan dari teman-temannya di sosial media yang dia mengikuti grupnya. Sejak bayi ia sudah ditinggal bapaknya dan ibu nikah lagi. Namun karena situasi di rumah, ia sering tinggalkan Ibunya," kata Jasra.
Secara garis besar, Jasra mengaku prihatin dengan situasi anak di dalam demo tersebut. Mereka sama sekali tidak tahu apa yang disampaikan para orator di atas mobil komando. Mereka merokok, dan makan.
"Situasi anak-anak dalam demo kelihatan berkelompok kelompok dan tidak memperhatikan orasi dari mobil komando. Nampak mereka berbagi isapan rokok, makanan. Saya coba mengajak beberapa anak pakai masker, kemudian mereka menurutinya, kecuali anak-anak yang merokok," ucap Jasra.
Anak-anak yang terpantau terlibat dalam demo menolak omnibus law. Foto: Dok. Istimewa
Tapi, beberapa anak sedikit mengerti esensi dari unjuk rasa menolak Omnibus Law. Mereka khawatir terkait aturan kerja kontrak dengan bayaran per jam yang santer berembus. Informasi sepotong ini membuat anak-anak kaget, sehingga mereka memutuskan bereaksi dengan turun ke jalan.
ADVERTISEMENT
"Mereka khawatir aturan ini mengancam pada mereka dan orang tua. Dengan informasi yang sangat terbatas diterimanya, namun karena ramai di akun dan medsos mereka, menyebabkan mereka sampai di sini," ucap Jasra.
KPAI pun memutuskan akan mengevaluasi kondisi ini. Sidang akan segera digelar, untuk membicarakan nasib anak-anak yang rentan terlibat dalam demonstrasi.
"Untuk itu KPAI akan segera melaksanakan sidang pleno dengan memanggil lintas Kementerian dan Lembaga, OKP Pelajar berbasis agama, ormas, dan Forum Anak Nasional dalam urun rembug situasi yang melibatkan anak-anak ini," tutup Jasra.