KPU Bali Rancang Debat Pilgub Tanpa Penonton: Teriakan Orang Banyak untuk Apa?

5 Juni 2024 13:58 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
KPU Bali berencana mengusung konsep debat Pilgub 2024 duduk bersila tanpa penonton di ruang pertemuan atau wantilan. Konsep ini mengusung kearifan lokal Bali.
ADVERTISEMENT
Ketua KPU Bali, I Dewa Agung Gede Lidartawan, mengatakan konsep duduk bersila di wantilan ini biasanya digunakan pada saat penentuan pemimpin desa atau tokoh adat di Bali. Konsep ini mengutamakan budaya sopan-santun, santai dan beretika.
"Saya mencoba menggali local wisdom untuk membuat konsep debat seperti misalnya di Balai Banjar (ruang pertemuan). Jadi dua pasangan atau tiga paslon duduk bersila di Balai Banjar. Jadi debat itu berbudaya, sopan-santun dan etika ada," katanya di Gedung KPU Bali, Rabu (5/6).

Penonton Dianggap Tidak Memiliki Esensi

Berkaca pada Pilpres 2024 lalu, Lidartawan menilai kehadiran penonton tidak memiliki esensi dalam suatu debat. Kehadiran penonton sekadar sebuah euforia dan menyita waktu menentang penonton dalam debat.
"Saya beberapa kali (menonton) debat pilpres melihat bahwa efektivitas penggunaan waktu dalam debat itu sangat menyita waktu banyak untuk menenangkan konstituen yang hadir," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi, tidak harus dengan teriakan-teriakan orang banyak, untuk apa? Apa fungsinya teriak atau tepuk tangan itu? Hanya euforia tapi inti orang debat itu adalah bagaimana esensi permasalahan sosial bisa ditanggapi para kandidat," sambungnya.

Tidak Mengubah Makna Debat

Lidartawan menilai debat tanpa podium dan duduk bersila juga tak membuat makna debat berubah atau mengarah ke forum diskusi. Dia menilai debat konsep kearifan lokal ini akan membuat masing-masing paslon fokus mengerahkan kemampuan menyampaikan dan mengkritik gagasan lawan.
"Keinginan kita semakin banyak upaya untuk menggali apa yang pemimpin kita miliki dalam rangka pada saat mereka jadi pemimpin dan inti orang debat itu adalah bagaimana esensi permasalahan sosial bisa ditanggapi para kandidat," katanya.

3 Kali Debat, Disiarkan

Debat ini akan dilaksanakan tiga kali. Debat disiarkan melalui akun media sosial dan televisi nasional. Lidartawan menilai ada beberapa dampak positif bila debat mengusung konsep kearifan lokal.
ADVERTISEMENT
Yakni, penyelenggaraan Pilkada secara anggaran menjadi efektif dan efisien, jalanan tidak macet serta potensi kerawanan atau kericuhan antar pendukung minim. Konsep debat ini akan diusulkan kepada partai politik dan paslon. Konsep debat bakal dilanjutkan jika partai dan paslon setuju.
"Biaya transportasi (menghadirkan pendukung) bisa disimpan biar enggak calonnya (mengeluarkan) uang (banyak). Katanya Pilkada efektif dan efisien. Kita mau tidak ada pemimpin korupsi karena biaya pilkada tinggi tapi itu juga nanti persetujuan tergantung persetujuan paslon juga," katanya.
Sementara itu, partai-partai di Bali belum memberikan tanggapan soal rencana debat kearifan lokal yang diusung KPU Bali.