KRI Soeharso Jemput 188 WNI di Kapal World Dream 26 Februari

24 Februari 2020 16:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko PMK Muhadjir Effendy. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko PMK Muhadjir Effendy. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan menyebut KRI Soeharo akan menjemput 188 WNI di kapal pesiar World Dream di perairan internasional dekat Bintan, Kepulauan Riau. KRI Soeharso akan tiba di lokasi pada Rabu, 26 Februari.
ADVERTISEMENT
"Pemindahan dari kapal (World Dream) ke kapal (Soeharso) pada 26 Februari jam 10 di Selat Durian (Kepulauan Riau). Perkiraan akan tiba di Sebaru pada 28 Februari jam 9," kata Muhadjir usai Rakor dengan beberapa menteri di Kemenko PMK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (24/2).
Kata Muhadjir, pemerintah akan sangat berhati-hati dalam proses evakuasi ini. Ada sekitar 188 WNI negatif virus corona yang akan dibawa ke Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu.
"Pemerintah akan begitu hati-hati dan penuh tanggung jawab untuk amankan observasi ABK WNI," jelas dia.
Rakor Tingkat Menteri tentang pemulangan WNI ABK kapal World Dream yang dipimpin oleh Menko PMK Muhadjir Effendy di Ruang Rapat Kemenko PMK, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pemerintah sudah memutuskan untuk mengevakuasi WNI dari kapal World Dream terlebih dahulu sebelum menjemput WNI di Kapal Diamond Princess yang berlokasi di Yokohama, Jepang.
ADVERTISEMENT
Pulau Sebaru yang menjadi lokasi observasi merupakan kawasan tak berpenghuni. Setelah WNI yang dievakuasi dibawa ke sana, KRI Soeharso akan diobservasi sesuai prosedur.
Sebelumnya pihak Dream Cruises, selaku pemilik kapal World Dream, menghentikan sementara pelayaran kapal pesiar dari Hong Kong sejak 9 Februari setelah ada penumpangnya yang positif virus corona.
Setelah ada informasi positif virus corona, sejumlah negara menolak kapal World Dream untuk bersandar. Posisi terakhir kapal tersebut meminta izin untuk bersandar di wilayah Bintan, tapi pemerintah Indonesia menolak.