Krisis Ekonomi, Sri Lanka Akan Simpan Pasokan Gas untuk Keperluan Kremasi

15 Juni 2022 16:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang wanita mengantre untuk mengisi tabung gas di Kolombo, Sri Lanka, Senin (23/5/2022). Foto: Dinuka Liyanawatte/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita mengantre untuk mengisi tabung gas di Kolombo, Sri Lanka, Senin (23/5/2022). Foto: Dinuka Liyanawatte/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sri Lanka akan menyimpan sebagian bahan bakarnya yang langka untuk keperluan kremasi, bagi warganya yang beragama Buddha.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar penduduk Sri Lanka menganut agama Buddha. Ketika meninggal dunia pemeluk Buddha dikremasi.
Sejak krisis ekonomi melanda negara ini, warga Budhha kesulitan untuk melakukan prosesi kremasi karena minimnya pasokan gas.
Layanan pemakaman satu hari yang pada Desember lalu memakan biaya 380.000 rupee (Rp 71 juta) kini naik dua kali lipat. Harga tersebut belum termasuk biaya krematorium.
Warga membawa tabung kosong untuk membeli gas ke agen pusat distribusi saat krisis ekonomi di Kolombo, Sri Lanka, Jumat (20/5/2022). Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Sejumlah pemakaman di luar ibu kota Kolombo bahkan telah membatalkan layanan kremasi setelah kehabisan bahan bakar gas. Sebagai gantinya, mereka menawarkan layanan penguburan kepada keluarga yang berduka.
Diberitakan AFP, kiriman gas yang tiba di pelabuhan Sri Lanka pada Selasa (14/6/2022) akan dialokasikan pemerintah ke pemakaman dan industri prioritas lainnya, termasuk sektor pariwisata Sri Lanka yang kian lesu.
ADVERTISEMENT
"Kami akan memasok pengguna massal, yaitu hotel, rumah sakit dan krematorium," kata Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.
Ia menambahkan bahwa pengiriman lain diharapkan akan datang dalam dua minggu untuk memasok kebutuhan rumah tangga.
Kekurangan bahan bakar yang tak henti-hentinya telah berdampak parah pada pembangkit listrik dan transportasi Sri Lanka sejak akhir tahun lalu. Akibatnya, pemadaman listrik secara rutin terjadi di penjuru negeri dan antrean panjang pengendara kerap didapati di luar stasiun pengisian bahan bakar.
Wickremesinghe mengatakan Sri Lanka hanya akan mampu memenuhi 50 persen dari kebutuhan bahan bakarnya dalam empat bulan ke depan. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah akan meluncurkan sistem penjatahan pada Juli mendatang.
Negara kepulauan dengan 22 juta penduduk ini telah menghadapi kelangkaan pangan, bahan bakar, dan obat-obatan selama berbulan-bulan akibat krisis ekonomi yang mencengkeram mereka.
ADVERTISEMENT
Penulis: Airin Sukono.