news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kritik Gus Yaqut soal Populisme Islam, Begini Pemahaman Fadli Zon

30 Desember 2020 10:38 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yaqut Cholil Qoumas dan Fadli Zon. Foto: ANTARA FOTO dan Youtube
zoom-in-whitePerbesar
Yaqut Cholil Qoumas dan Fadli Zon. Foto: ANTARA FOTO dan Youtube
ADVERTISEMENT
Istilah populisme Islam menjadi perdebatan setelah diungkapkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) yang baru sepekan menjabat. Kata Gus Yaqut, istilah itu merujuk paham memerangi orang yang beda keyakinan.
ADVERTISEMENT
Adalah Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon yang mengkritik istilah itu. Menurutnya, ada kekeliruan pemahaman Ketua GP Ansor itu tentang populisme dan Islam. Gus Yaqut dianggap memelintir makna populisme dengan Islam.
"Beberapa waktu lalu Menag telah memelintir istilah populisme dan populisme Islam. Kenapa? Karena istilah tersebut tak tepat digunakan dan menurut saya bisa memberikan salah persepsi terhadap istilah populisme dan populisme islam," kata Fadli dalam akun Youtubenya dikutip kumparan, Rabu (30/12).
"Dan ini perlu kita kritik dan perlu kita luruskan. Menteri Agama secara gegabah telah memelintir istilah populisme Islam sebagai paham yang berusaha menggiring agama menjadi norma konflik," tambahnya.
Fadli menjelaskan bahwa upaya pemelintiran semacam itu jelas keliru, karena makna menyamakan populisme dengan radikalisme.
Fadli Zon saat menghadiri peluncuran buku di pressroom DPR, Jakarta, Jumat (27/9/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Itu bentuk kesalahapahaman yang sangat fatal. Sebagai politisi seharusnya Menteri Agama paham bahwa populisme adalah kosakata biasa baik dalam ilmu politik dan kajian demokrasi. Tak ada problem intrinsik dalam istilah tersebut," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Populisme menurut Fadli Zon, merupakan gagasan yang menaruh perhatian pada rakyat. Sementara, populisme islam menitikberatkan pada kepentingan umat Islam.
(KBBI: paham yang mengakui dan menjunjung tinggi hak, kearifan, dan keutamaan rakyat kecil -red)
"Secara semantik populisme berarti gagasan dari kawasan elite yang memberikan perhatian pada kepentingan rakyat kecil, dalam kaitannya dengan Istilah populisme Islam istilah tersebut sebagai gagasan yang mengartikulasikan kepentingan umat Islam," ujarnya.
Presiden Joko Widodo mengumumkan Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama di Istana Negara, Jakarta, Selasa (22/12). Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Dia kemudian mengingatkan bahwa Yaqut merupakan produk dari populisme Islam, sehingga tidak seharusnya mengartikan populisme dengan radikalisme.
"Di mana salahnya? Jangan lupa sebagai politisi yang berbasis partai Islam dia sendiri bisa dianggap sebagai produk populisme Islam. Jadi apa yang salah dengan gagasan tersebut?" katanya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, dia berharap agar Yaqut tak lagi sembarang berbicara hingga salah mengartikan satu istilah atau pemahaman tertentu.
Sebelumnya, istilah itu diungkapkan Menag dalam webinar Silaturahmi Nasional Lintas Agama yang digelar Polda Metro Jaya, Minggu (27/12).
"Kita sekarang merasakan tahun-tahun belakangan ini bagaimana agama itu sudah atau ada yang berusaha menggiring agama jadi norma konflik. Dalam bahasa paling ekstrem, siapa pun yang beda dengan keyakinannya, maka dianggap lawan, dia dianggap musuh. Karena namanya musuh harus dilawan, harus diperangi. Itu norma yang sempat berkembang," ucap Gus Yaqut.
"Kalau istilah kerennya populisme Islam. Saya tidak ingin, kita semua, tidak ingin populisme Islam berkembang luas hingga kita kewalahan menghadapinya," imbuhnya.
***
ADVERTISEMENT
Saksikan video menarik di bawah ini.