Kronologi Penghentian Total Penggunaan Vaksin AstraZeneca di Denmark

15 April 2021 16:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona AstraZeneca. Foto: Christof STACHE / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona AstraZeneca. Foto: Christof STACHE / AFP
ADVERTISEMENT
Denmark telah mengumumkan pemberhentian total penggunaan vaksin corona AstraZeneca pada Rabu (14/4/2021). Dengan dikeluarkannya keputusan ini, Denmark menjadi negara pertama di dunia yang mengambil langkah tersebut.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini tentu tak dibentuk dan diambil dalam satu malam saja. Langkah Denmark sudah diperhitungan sejak kurang lebih satu bulan lalu, yang dimulai dari adanya laporan pertama kasus penggumpalan darah usai vaksinasi, penangguhan, hingga akhirnya diambilnya keputusan final.
Berikut rangkumannya:

Penangguhan Vaksin AstraZeneca, 11 Maret 2021

Penyetopan ini diawali dengan pengumuman penangguhan vaksinasi dengan AstraZeneca di Denmark pada 11 Maret 2021.
Awalnya, pemerintah Denmark menyatakan akan menghentikan sementara vaksinasi dengan AstraZeneca selama empat belas hari, atau dua pekan lamanya.
Dilansir Reuters, penangguhan ini dilakukan bersamaan dengan Norwegia dan Islandia. Negara Nordik itu mengikuti jejak Austria yang beberapa hari lebih awal telah melaporkan adanya satu pasien meninggal dan satu mengidap penyakit paru-paru akut akibat penggumpalan darah.
ADVERTISEMENT
Denmark mengambil keputusan setelah muncul laporan seorang perempuan berusia 60 tahun mengalami penggumpalan darah dan kemudian meninggal dunia usai menerima suntikan vaksin AstraZeneca.
Ketika itu Pemerintah Denmark menegaskan tidak bisa langsung mengambil kesimpulan. Investigasi harus tetap dilakukan.
“Saat ini, tentu tak mungkin kita menarik kesimpulan apa ada hubungannya atau tidak [penggumpalan darah dengan vaksin]. Kami mengambil langkah lebih awal, kasus tersebut harus diinvestigasi secara menyeluruh,” tulis Menteri Kesehatan Denmark Magnus Heunicke di akun Twitter miliknya, Kamis (11/3).

10 Laporan Baru Penggumpalan Darah, 18 Maret 2021

Badan Pengawas Obat-obatan Denmark mengumumkan bahwa mereka menerima dan memproses 10 laporan baru penggumpalan darah pada orang-orang yang menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca, termasuk satu laporan kematian.
ADVERTISEMENT
“Badan Pengawas Obat-obatan Denmark memproses 10 laporan yang mendeskripsikan penggumpalan darah atau gejala penggumpalan darah yang terjadi usai vaksinasi [dengan AstraZeneca],” ujarnya dalam keterangan tertulis, seperti dikutip dari Reuters.
Namun, Denmark tetap menegaskan bahwa masih belum bisa ditemukan keterkaitan antara kasus-kasus tersebut dengan vaksin AstraZeneca.
Sehari setelahnya, Direktur Lembaga Kesehatan Denmark, Soren Brostrom, menyatakan bahwa mereka akan tetap menangguhkan penggunaan AstraZeneca.
Brostrom pada Jumat (19/3) menyatakan akan menentukan nasib penggunaan vaksin tersebut ke depannya pada pekan selanjutnya.

Laporan 1 Kematian dan 1 Sakit Parah Usai Vaksinasi, 20 Maret 2021

Denmark kembali melaporkan adanya 1 kematian dan 1 sakit parah usai menerima suntikan vaksin AstraZeneca. Keduanya merupakan staf rumah sakit yang divaksinasi kurang dari 14 hari sebelum akhirnya jatuh sakit.
ADVERTISEMENT
Dilaporkan Reuters, Badan Pengawas Obat-obatan Denmark mengonfirmasi bahwa memang benar mereka menerima dua “laporan serius”. Namun, mereka tak memberikan penjelasan lebih lanjut. Belum ada rincian tanggal keduanya menerima vaksinasi.
“Kami memprioritaskan laporan dengan dugaan efek samping serius seperti kasus ini dan memeriksanya secara menyeluruh, untuk menilai apakah ada keterkaitan dengan vaksin tersebut,” tulis Tanja Erichsen, Direktur Farmakovigilans di Badan Pengawas Obat Denmark di Twitter, Sabtu (20/3).
Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) terus mengingatkan kepada berbagai negara di Eropa yang menangguhkan penggunaan AstraZeneca, termasuk Denmark, bahwa kebermanfaatan dari vaksin jauh lebih besar ketimbang risikonya.
Direktur EMA, Emer Cooke, pada Kamis (18/3) menyebutkan bahwa dalam investigasinya, mereka tak bisa sepenuhnya mengabaikan keterkaitan antara insiden penggumpalan darah dengan vaksin tersebut.
ADVERTISEMENT

Perpanjangan Penangguhan Vaksin AstraZeneca oleh Denmark, 25 Maret 2021

Direktur Oxford Vaccine Group dan profesor infeksi dan kekebalan pediatrik, Andrew Pollard, saat disuntik vaksin Universitas Oxford / AstraZeneca di Rumah Sakit Churchill, Oxford, Inggris, Senin (4/1). Foto: Steve Parsons / Pool / AFP
Pemerintah Denmark pada Kamis (25/4) menyatakan bahwa negaranya akan melanjutkan penangguhan penggunaan vaksin AstraZeneca selama tiga minggu ke depan.
Keputusan ini diambil karena mereka masih menginvestigasi lebih jauh soal potensi keterkaitan penggumpalan darah dengan vaksin buatan Oxford University tersebut.
Dilansir Reuters, ketika Denmark melakukan perpanjangan penangguhan ini, banyak negara di Eropa yang mulai kembali melanjutkan vaksinasi corona dengan menggunakan AstraZeneca.
Akibat adanya perpanjangan penangguhan ini, penyaluran vaksinasi di Denmark akan terhambat selama 3 minggu.
Soren Brostrom, Direktur Lembaga Kesehatan Jerman, mengatakan, dasar atau basis mereka dalam membuat keputusan final soal kelanjutan penggunaan AstraZeneca masih tak menentu.
ADVERTISEMENT
EMA lalu melakukan peninjauan terhadap 20 juta orang yang menerima suntikan vaksin AstraZeneca di Britania Raya dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA).
Mereka menemukan 7 kasus penggumpalan darah di berbagai pembuluh darah, serta 18 kasus kondisi langka bernama Trombosis Sinus Vena Serebri (CVST).

Pemberhentian Total Penggunaan Vaksin AstraZeneca, 14 April 2021

Ilustrasi Penggumpalan Darah. Foto: Shutterstock
Denmark akhirnya memutuskan untuk menyetop total penggunaan vaksin corona AstraZeneca di negaranya, Rabu (14/4).
Dilansir Reuters, Soren Brostrom, menjelaskan bahwa investigasi mendalam soal penggumpalan darah yang terkait dengan vaksin buatan Oxford University ini menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan.
“Hasil investigasi pada penggumpalan darah yang diasosiasikan dengan vaksinasi dengan AstraZeneca menunjukkan adanya efek samping serius dan nyata,” jelas Brostrom pada konferensi pers, Rabu (14/4).
ADVERTISEMENT
“Oleh karenanya, kami memutuskan untuk melanjutkan program vaksinasi kami untuk seluruh kelompok sasaran tanpa vaksin ini [AstraZeneca],” lanjutnya, dikutip dari Reuters.
EMA menyatakan, risiko kematian akibat COVID-19 sebenarnya lebih besar ketimbang risiko kematian akibat efek samping langka.
Namun, mereka menyerahkan kepada tiap negara untuk membuat asesmen risiko mereka sendiri dan memutuskan sikap terhadap vaksin AstraZeneca.