KSP Respons Survei Kepuasan ke Jokowi Turun karena Harga Sembako Mahal

17 Mei 2022 9:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo membagikan bantuan tunai dan sembako untuk masyarakat di sejumlah pasar di Kabupaten dan Kota Bogor. Jawa Barat, Kamis (21/4/2022). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo membagikan bantuan tunai dan sembako untuk masyarakat di sejumlah pasar di Kabupaten dan Kota Bogor. Jawa Barat, Kamis (21/4/2022). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Survei lembaga Indikator Politik Indonesia memaparkan penurunan tingkat kepuasan masyarakat kepada Presiden Jokowi. Faktor utama penyebabnya adalah mahalnya harga sembako akhir-akhir ini.
ADVERTISEMENT
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono mengatakan, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, tidak terlepas dari dampak ketidakpastian global. Ini dipicu pandemi COVID-19, konflik Rusia-Ukraina, berbagai kebijakan di negara maju, hingga faktor cuaca.
Berbagai kejadian ini membuat komoditas di pasar global naik, termasuk bahan pangan dan energi yang kemudian memicu kenaikan harga kebutuhan pokok di banyak negara.
"Jika kondisi ini terus berkelanjutan bisa menyebabkan terjadinya peningkatan inflasi, penurunan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi, serta memberi tekanan fiskal. Mengingat APBN banyak digunakan untuk menyediakan dukungan bantalan sosial bagi masyarakat, khususnya kelompok tidak mampu" kata Edy kepada wartawan, Selasa (17/5).
"Selain itu, pengurangan jumlah uang beredar di negara maju juga bisa menekan pasar keuangan melalui pelemahan rupiah, dan berisiko pada meningkatnya tingkat bunga," tambah Edy
ADVERTISEMENT
Menurut Edy, di tengah berbagai risiko global yang muncul, perekonomian Indonesia mampu melanjutkan tren perbaikan yang konsisten. Ia menyinggung data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan I 2022. Menurut data BPS, ekonomi Indonesia tumbuh kuat sebesar 5,01 persen (year to year).
Pertumbuhan perekonomian tersebut, ungkap Edy, ditopang oleh peningkatan permintaan domestik, tetap terjaganya kinerja ekspor, dan bergairahnya aktivitas ekonomi seputar lebaran.
Stok minyak goreng kemasan di sejumlah gerai minimarket dan swalayan Pasar Minggu. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
“Perputaran ekonomi pada Idul Fitri juga ikut berperan dalam mendorong pertumbuhan di Triwulan I," bebernya.
Lebih lanjut, Edy mencatat, meski terjadi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, tapi jumlah permintaan, konsumsi rumah tangga justru tumbuh. Yakni, sebesar 4,34 persen (year to year) atau jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan IV 2021 sebesar 3,55 persen (year to year) .
ADVERTISEMENT
Ia menilai, kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh kebijakan pelonggaran mobilitas, seiring dengan pandemi yang terkendali dan berlanjutnya akselerasi vaksinasi.
“Dan yang harus dicatat, juga karena percepatan penyaluran perlindungan sosial untuk memberikan dorongan bagi penguatan daya beli masyarakat," tegasnya.
Akan tetapi, lanjut Edy, penguatan konsumsi rumah tangga juga turut berkontribusi pada meningkatnya inflasi pada April 2022. Yakni, sebesar 0,95 persen (month to month) atau 3,47 persen (year to year).
"Tingginya inflasi tersebut juga bertepatan dengan momen Ramadhan 2022 yang secara siklus memang terjadi peningkatan permintaan," jelasnya.
Edy optimistis prospek perekonomian Indonesia ke depan tetap kuat. Sebab, pemerintah terus melakukan akselerasi dan perluasan vaksinasi. Selain itu, pelonggaran sektor ekonomi juga makin luas. Pun, pemerintah memberikan berbagai stimulus berupa bantuan-bantuan sosial kepada masyarakat.
Presiden Joko Widodo membagikan bantuan tunai dan sembako untuk masyarakat di sejumlah pasar di Kabupaten dan Kota Bogor. Jawa Barat, Kamis (21/4/2022). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
Diberitakan sebelumnya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi membeberkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi saat ini berada di angka 58,1 persen, terbagi 8 persen responden menjawab sangat puas, dan 50,1 persen cukup puas.
ADVERTISEMENT
"Hari ini, yang mengatakan sangat puas 8 persen, cukup puas 50,1 persen, total 58,1 persen. Lalu yang kurang puas 29,1 persen, tidak puas sama sekali 6,1 persen, total 35,1 persen," kata Burhanudin dalam paparan virtual, Minggu (15/5)
Burhan menjelaskan, tingkat kepuasan terhadap Jokowi yang turun ini sejalan dengan grafik data inflasi bulanan yang dirilis oleh Bank Indonesia. Bahkan, angka kepuasan terhadap Jokowi hari ini adalah yang terendah sejak enam tahun terakhir.