Kualitas Udara di India Memburuk Usai Perayaan Diwali
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Ibu Kota New Delhi diselimuti kabut tebal, dengan tingkat polusi rata-rata lebih dari 9 kali lipat dari batas aman yang diterapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengatakan telah melarang penggunaan dan penjualan petasan sebelum Diwali, tetapi kebijakan tersebut sulit diterapkan.
Polusi udara New Delhi biasanya memburuk pada bulan Oktober dan November hal ini karena petani membakar limbah pertanian selain itu juga pembangkit listrik tenaga batu bara, lalu lintas dan hari-hari tanpa angin.
Sementara itu ketika sebagian warga bersuka cita melepaskan kembang api dan petasan hingga Minggu (15/11) pagi, warga lainnya termasuk pencinta lingkungan marah dan mengeluh di media sosial karena mereka merasakan kesulitan bernapas dan mata pedih.
Sejumlah pakar kesehatan telah memperingatkan soal perayaan Diwali di tengah pandemi virus corona. Dokter juga telah memperingatkan peningkatan tajam penyakit pernapasan.
ADVERTISEMENT
Kota-kota di negara bagian Punjab, Uttar Pradesh, Haryana, Bihar dan New Delhi, telah memperlihatkan tingginya level polusi udara dibanding pada perayaan Diwali tahun lalu.
Menurut Badan Pengendalian Polusi Pusat, rata-rata indeks kualitas udara di negara-negara bagian itu lebih buruk dibanding tahun lalu.
Diwali umumnya terjadi pada Oktober dan November. Sementara puncak perayaan tahun ini ditetapkan pada tanggal 14 November 2020, atau hari ketiga sejak mulainya festival.
Masyarakat penganut Hindu, Jainisme, dan Sikhisme di India akan merayakan Diwali. Istilah Diwali berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti “deretan cahaya”.
Sebab, di momen ini mayoritas masyarakat India akan menyalakan kembang api, menyalakan lilin, lampion, serta diya (lampu minyak tradisional India) di rumah, toko, hingga di kuil.
ADVERTISEMENT