Kuasa Hukum: Ada Upaya Memelintir Puisi Neno Warisman

24 Februari 2019 17:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Neno Warisman saat hadiri Malam Munajat 212 di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Kamis, (21/2). Foto: Moh Fajri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Neno Warisman saat hadiri Malam Munajat 212 di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Kamis, (21/2). Foto: Moh Fajri/kumparan
ADVERTISEMENT
Koordinator advokasi dan kuasa hukum #2019GantiPresiden, Djudju Purwantoro, menanggapi soal puisi yang dibacakan Neno Warisman pada acara Munajat 212, di Monas Jakarta, Kamis (21/2). Menurutnya, puisi itu tidak ditujukan kepada satu pihak atau kelompok mana pun.
ADVERTISEMENT
"Puisi tersebut jelas-jelas tidak ditujukan kepada salah satu pihak atau kelompok manapun, kecuali kepada Allah SWT pencipta alam semesta," ujar Djuju sebagaimana tertulis dalam rilis, Minggu (24/2).
Puisi tersebut menurutnya hanya sebuah ungkapan hati dan perasaan dari salah seorang ibu sebagai perempuan biasa. Selain itu, ia juga menyatakan pelaksanaan Munajat 212 juga sesuai prosedur hukum dan bukan merupakan kampanye.
"Bukan suatu kegiatan kampanye. Tidak dapat digolongkan sebagai Tindak Pidana Pemilu," tuturnya.
Peserta yang hadir dalam acara Munajat 212 di Monas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Namun, ia menduga ada upaya dari kelompok tertentu untuk memelintir dan mempolitisir puisi Neno tersebut. Hal itu menyebabkan muncul komentar miring serta upaya memecah belah umat.
"Ternyata timbul pendapat dan komentar-komentar miring terutama dari para politisi dan kelompok petahana atas puisi tersebut, adalah patut diduga adanya upaya memelintir dan mempolitisir substansi dan maksud puisi tersebut," paparnya.
ADVERTISEMENT
Dalam acara Munajat 212 di Monas, Kamis (21/2), Neno didapuk untuk menjadi pembaca doa dan puisi. Total 1o menit 20 detik, Neno berbicara di depan massa Munajat 212.
"Namun kami mohon, jangan serahkan kami kepada mereka yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak cucu kami, dan jangan, jangan Kau tinggalkan kami, dan menangkan kami, karena jika Engkau tidak menangkan kami khawatir, Ya Allah, kami khawatir, Ya Allah, tak ada lagi yang menyembahmu, Ya Allah," salah satu petikan doa Neno.
Ketua Umum MUI Maruf Amin menjadi narasumber dalam Forum Merdeka Barat 9. Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Salah satu komentar muncul dari Cawapres nomor urut o1, Ma'ruf Amin. Menurutnya puisi atau doa Neno membuat seolah-olah kita tengah berada dalam situasi Perang Badar. Sebab, doa tersebut merupakan doa yang dilakukan Nabi Muhammad saat perang badar, tak ada kaitannya dengan Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
“Pilpres dianggap perang badar. Perang badar itu perang hidup mati. Pilpres itu soal memilih pemimpin yang baik. Jadi Pak Jokowi dan saya dianggap kafir? Nah tepat atau tidak?” ucap Ma’ruf di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (24/2).