Kubu AHY ke Moeldoko: Bawa Isu Radikalisme, Benar-benar Tak Kenal Demokrat

29 Maret 2021 9:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko melambaikan tangan usai memberi keterangan pers di kediamannya kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/2/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko melambaikan tangan usai memberi keterangan pers di kediamannya kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/2/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang, Moeldoko, menyebut alasannya mau jadi ketum karena terjadi pergeseran demokrasi dan pertarungan ideologis kuat di dalam tubuh Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
ADVERTISEMENT
Namun, alasan Moeldoko itu dibalas sinis oleh Wasekjen Demokrat Jansen Sitindaon. Jansen menilai pernyataan Kepala Staf Kepresidenan itu menunjukkan dia tidak mengenal Partai Demokrat secara keseluruhan.
Sebab, jika membawa-bawa soal pertarungan atau pergeseran ideologis, ia memastikan kedua hal tersebut hingga saat ini tidak pernah terjadi di Demokrat.
"Sasaran bergeser dari KLB ilegal yang tak mungkin disahkan, ke Hambalang kemudian ideologi. Fix! Benar-benar Pak Moel ini memang tak kenal Partai Demokrat," kata Jansen dikutip kumparan dari akun Twitternya, Senin (29/3).
Jansen Sitindaon. Foto: Fahrian Amran/kumparan
Jansen menjelaskan, selama Partai Demokrat berdiri, pihaknya tak pernah memandang latar belakang apa pun. Apalagi, berkaitan dengan agama yang dianut oleh kader-kadernya.
Seperti misalnya, ia mencontohkan penunjukan posisi sekjen hingga calon kepala daerah, yang sudah berkali-kali berasal dari tokoh non muslim.
ADVERTISEMENT
"Sampai bawa-bawa radikalisme segala. Sekjen partai saja sudah kali Kristen. Belum gubernur, wali kota, Ketua DPD dan lain-lain, banyak Kristen. Ampun!" tegas dia.
Oleh karena itu, Jansen menyarankan Moeldoko dan pendukungnya untuk mendirikan partai lain saja, tanpa mengusik kepengurusan Partai Demokrat yang sudah ada saat ini.
"Lebih baik anda cari partai lain saja yang lebih Anda kenali Pak Moel. Atau bersama gerbong Anda itu dirikan partai baru biar sekalian Anda bebas susun ideologinya, marsnya, benderanya, nama partainya, seperti halnya yang dilakukan Pak SBY di Demokrat," ungkap Jansen.
"Ini kita lihat laku enggak," tutup dia.
Sebelumnya, Moeldoko mengungkapkan alasannya menerima pinangan jadi Ketum Demokrat versi KLB Sumut. Dengan adanya pergeseran demokrasi dan pertarungan ideologis di tubuh partai jelang Pemilu 2024, ia menilai kondisi ini perlu segera diselamatkan.
ADVERTISEMENT
"Ada kecenderungan tarikan ideologis juga terlihat di tubuh Demokrat. Jadi ini bukan sekadar menyelamatkan Demokrat, tetapi juga menyelamatkan bangsa dan negara," tutur Moeldoko dalam penjelasannya di akun Instagram, Minggu (28/3).