Kudeta di Sudan Berujung Pemecatan 6 Duta Besar oleh Panglima Militer

28 Oktober 2021 6:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjuk rasa berkumpul selama kudeta militer di Khartoum, Sudan, Senin (25/10). Foto: El Tayeb Siddig/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjuk rasa berkumpul selama kudeta militer di Khartoum, Sudan, Senin (25/10). Foto: El Tayeb Siddig/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kudeta di Sudan masih terus berlanjut dan berujung pada pemecatan duta besar Sudan untuk beberapa negara.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, TV Pemerintah Sudan mengatakan bahwa saat ini Panglima Angkatan Darat Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan telah memberhentikan enam duta besar Sudan dari jabatan mereka.
Adapun 6 duta besar yang diberhentikan yaitu duta besar Sudan untuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina, Qatar, Prancis dan Kepala Misi Sudan ke Jenewa.
Pemberhentian keenam duta besar tersebut terjadi karena mereka menolak pengambilalihan militer di Sudan.
“Duta besar Sudan untuk 12 negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, China dan Prancis telah menolak pengambilalihan militer pada hari Senin,” kata sumber diplomatik dikutip Kamis (28/10).
Pemimpin Kudeta Sudan Jenderal Pemimpin Kudeta Sudan Foto: El Tayeb Siddig/REUTERS
Sebelumnya pemimpin militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, mengatakan pihaknya melancarkan kudeta pada Senin (25/10) untuk mencegah terjadi perang saudara dengan membubarkan pemerintahan transisi. Kabinet pemerintahan ini diketahui terbagi menjadi dua, antara militer dan sipil.
ADVERTISEMENT
Pembentukan pemerintahan itu pun terjadi setelah kekuasaan Omar al-Bashir, eks presiden bertangan besi, digulingkan pada 2019.
Aksi protes menentang kudeta itu terus berlanjut di Ibu Kota Khartoum. Sejumlah jalan, jembatan, dan toko-toko ditutup.
Demo di ibu kota Khartoum dan kota besar Omdurman berujung bentrokan. Militer bertindak represif demi membubarkan demo.
Sebuah barikade jalan dibakar selama kudeta militer di Khartoum, Sudan, Senin (25/10). Foto: El Tayeb Siddig/REUTERS
Tentara sampai melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa di sekitar markas besar Militer Sudan di Khartoum. Akibatnya tujuh orang pengunjuk rasa yang merupakan warga sipil kehilangan nyawa.
Bukan cuma korban jiwa, tindak kekerasan militer terhadap pengunjuk rasa sipil juga menelan 140 korban luka.
Sebelum kerusuhan pecah, PM Abdalla Hamdok dan beberapa anggota kabinet ditangkap oleh militer. Mereka lalu ditahan di tempat rahasia.
ADVERTISEMENT
Pemimpin militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan kemudian membubarkan pemerintahan sementara. Dia juga memberlakukan situasi darurat di seluruh Sudan.
"Apa yang sekarang sedang terjadi adalah ancaman nyata dan tanda bahaya bagi mimpi anak muda dan harapan negara," kata al-Burhan mengomentari pemerintahan sipil Sudan, seperti dikutip dari Al-Jazeera.
Kudeta Sudan Dapat Kecaman Internasional
Kudeta Sudan dikecam Barat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Jubir Kemlu AS, Ned Price, menyerukan agar pemerintahan sipil di Sudan kembali direstorasi.
"Pemerintahan transisi yang dipimpin sipil harus segera dikembalikan dan itu merepresentasikan keinginan dari masyarakat," ucap Price.
Sementara itu, Sekjen PBB Antonio Guterres meminta militer membebaskan seluruh tahanan politik termasuk PM dan beberapa anggota kabinet.
"Saya mengutuk kudeta yang sedang terjadi di Sudan. PM Hamdok dan seluruh pejabat mesti segera dibebaskan," ucap Guterres.
ADVERTISEMENT
"PBB akan selalu berdiri dengan seluruh warga Sudan," sambung dia.