Laporan Doni Monardo soal Corona: Minimnya Petugas Lab hingga 90 Persen OTG

7 Agustus 2020 7:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo mengikuti rapat kerja bersama Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo mengikuti rapat kerja bersama Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ketua Satgas COVID-19, Letjen TNI Doni Monardo, menyampaikan sejumlah laporan terkini terkait penanganan pandemi corona. Di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8), Doni membeberkan sejumlah data, baik perkembangan vaksin, masih tercatatnya penambahan kasus corona, hingga masih banyaknya masyarakat Indonesia yang tak patuh akan aturan.
ADVERTISEMENT
Minimnya Petugas Operator Mesin Tes Corona
Sejumlah pihak menilai jumlah tes corona yang dilakukan Indonesia masih jauh dari kebutuhan, yakni belum mencapai target WHO atau 1.000 tes per 1 juta penduduk per pekan. Doni menyebut, minimnya ketersediaan SDM operator mesin tes menjadi alasan utama di balik jumlah tes Indonesia yang masih rendah.
Petugas medis yang mengenakan pakaian hazmat, tiba di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Kamis (5/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Kalau di seluruh Indonesia jumlah mesin PCR itu sudah cukup banyak hampir 300, tepatnya 278. Tetapi belum diikuti dengan (jumlah) sumber daya petugas lab," ujar Doni.
Doni mengakui, hal itu jelas berpengaruh terhadap kinerja pemeriksaan. Padahal, menurut dia, Indonesia telah memiliki kapasitas mesin PCR yang sangat mumpuni.
"Jadi mesinnya ini mungkin tidak perlu kita tambah, tetapi petugas labnya yang perlu kita tingkatkan kualitasnya. Termasuk dukungan operasional dan logistik untuk mereka agar bisa optimal," sambungnya.
Kepala BNPB Doni Monardo di Mobil Lab PCR Corona untuk Sulawesi Utara. Foto: covid19.go.id
Nasib Tenaga Kesehatan
ADVERTISEMENT
Doni menekankan, ajakannya kepada masyarakat untuk terus mengenakan masker dan mencuci tangan bukan tanpa alasan. Menurut dia, jika tingkat kebersihan dan kesehatan masyarakat terjaga, angka penularan dapat ditekan seminimal mungkin.
Sehingga, bisa membantu meringankan beban rumah sakit, dokter, dan tenaga kesehatan.
Merujuk pada pernyataan WHO, sudah ada 70 dokter di Indonesia yang meninggal pada masa pandemi corona. Doni kembali ingatkan penerapan protokol kesehatan.
"Kita tak ingin pahlawan-pahlawan kemanusiaan ini jadi korban, jumlah dokter yang wafat sudah cukup banyak di negara kita. Maka tugas kita melindungi para dokter dengan cara jangan biarkan rakyat sakit, jangan biarkan RS kita penuh," beber Doni.
Petugas Ambulans Puskesmas Kebayoran Baru, bersiap membawa pasien yang diduga terkena virus Corona di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Senin (2/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Baru Separuh Masyarakat Indonesia Patuhi Aturan Penggunaan Masker
ADVERTISEMENT
Meski ia kesadaran masyarakat akan pentingnya protokol kesehatan berada di kisaran 90 persen, Doni menyayangkan hanya 50 persen saja orang yang patuh menggunakan masker. Hal tersebut didasarkan atas survei yang dilakukan oleh sejumlah lembaga.
"Angka kepatuhan masih berada di bawah 50 persen berdasarkan survei dari sejumlah lembaga," beber Doni.
Doni menyebut, masyarakat perlu untuk saling mengingatkan antar satu dan lainnya. Minimal, satu masyarakat bisa turut memengaruhi dua kerabat dekatnya.
"Kalau setiap orang, setiap hari, mampu mempengaruhi 2 orang saja, maka kita akan bisa meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan khususnya menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan juga sering cuci tangan menggunakan sabun," kata Doni.
Kepala BNPB Doni Monardo. Foto: Pemprov Jawa Barat
Apresiasi Rendahnya Tingkat Okupansi Pasien di Jabar
ADVERTISEMENT
Doni mengapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menekan angka penyebaran virus corona di wilayahnya. Pencapaian itu terlihat dari tingkat keterisian atau okupansi pasien corona di RS Jabar yang berada di 28,88 persen.
Doni meminta Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, untuk mempertahankan capaian tersebut. Jabar kini menjadi contoh provinsi dengan tingkat kesembuhan pasien corona yang cukup tinggi.
Diketahui berdasarkan data Satgas, total kasus corona di Jabar mencapai 6.912 pasien. Dari jumlah itu, 4.220 pasien sudah sembuh dan 216 meninggal dunia. Artinya tersisa 2.476 pasien yang masih dalam perawatan.
"Jabar masih bisa menjaga bed occupancy ratio kurang dari 30 persen, ini prestasi. Terakhir 28,88 persen untuk Jawa Barat, ini prestasi tolong dipertahankan," ujar Doni.
Petugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8). Foto: M Agung Rajasa/ANTARA FOTO
Doni Minta Pemeriksaan Kesehatan Rutin di Sekolah Asrama
ADVERTISEMENT
Munculnya kasus penularan di sejumlah sekolah asrama, menyumbang banyaknya kasus penularan corona di sejumlah daerah. Atas dasar itu, Doni meminta agar ada pemeriksaan yang dilakukan secara rutin di sekolah asrama. Hal itu bisa dilakukan dengan menggandeng sejumlah ahli yang menguasai metode pool test.
Metode pool test merupakan penggabungan pengujian banyak spesimen dalam satu kali pemeriksaan di laboratorium. Ini dapat mengatasi kapasitas laboratorium pemeriksaan spesimen virus corona yang sudah penuh.
"Tentang pentingnya instansi atau lembaga yang memiliki banyak anggota atau karyawan atau pegawai yang berada pada satu tempat, misalnya asrama. Ini harus ada strategi kita untuk melakukan pemeriksaan rutin dengan teknik pool test," ungkap Doni.
Peneliti Hadi Pranoto menunjukkan ramuan herbal untuk antibodi mencegah COVID-19, di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (3/8). Foto: Arif Firmansyah/ANTARA FOTO
Komentar Doni soal Ramuan Herbal Hadi Pranoto
ADVERTISEMENT
Doni menyambut positif adanya inovasi yang dilakukan masyarakat Indonesia untuk menemukan ramuan herbal untuk setidaknya meringankan gejala yang disebabkan COVID-19. Meski begitu, ia meminta tak boleh ada yang mengklaim telah menemukan obat corona, sebab hingga saat ini, obat itu masih belum ditemukan.
"Tidak boleh mengklaim ini (jamu dan herbal obat) karena sangat berbahaya ketika ada pihak-pihak tertentu apalagi publik figur memberi penjelasan bahwa ini obat, sampai hari ini belum ada obat COVID-19. Vaksinnya pun masih dalam proses," kata Doni.
Penciptaan obat atau ramuan herbal sebelum digunakan secara luas harus melalui sejumlah tahapan pengujian. Baik untuk menguji kandungan bahannya maupun khasiat obat.
"Kalau obat itu harus melalui berbagai macam tahapan uji klinis dan ada izin BPOM dan kementerian kesehatan," ucap dia.
Pemain Persib Bandung saat menikuti pengetesan swab PCR untuk para pemain Persib Bandung. Foto: Instagram/@ridwankamil
Tes Melorot Saat Hari Libur, Petugas Lab Banyak Terpapar Corona
ADVERTISEMENT
Doni menyebut, ada suatu alasan yang mengakibatkan terjadinya penurunan angka pemeriksaan spesimen (sampel) COVID-19 sampai 50 persen di saat hari libur.
"Kita juga lihat hari-hari libur terjadi penurunan pemeriksaan spesimen, sudah beberapa kali mencapai 30 ribu per hari, tetapi ketika hari libur itu drop setengahnya," kata Doni.
"Jadi, artinya kita belum bisa melakukan sebuah terobosan ketika libur pun mesin harus bekerja," sambung Kepala BNPB itu.
Saat ini, pemerintah membutuhkan SDM yang andal untuk dapat dipekerjakan di laboratorium. Mengingat, tingginya risiko terpapar bagi para petugas yang tengah bertugas di laboratorium.
"Sehingga para petugas lab kita bisa bekerja lebih baik dan mereka terjamin kesehatan dan keselamatannya. Karena melakukan pemeriksaan spesimen di lab memiliki risiko besar dan terbukti sejumlah petugas lab kita tak sedikit yang terpapar," ujar Mantan Danpaspampres era SBY itu.
Swab test virus corona para prajurit di Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat (Secapa) TNI AD. Foto: Dispen TNI AD
Hanya 27 Persen Sekolah di Zona Hijau Berani Gelar Belajar Tatap Muka
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah memberikan restu kepada seluruh sekolah yang berada di zona hijau untuk membuka sekolah.
Meski telah diperbolehkan, masih banyak sekolah yang belum berani menggelar kegiatan belajar tatap muka. Hal itu disebabkan adanya silang pendapat terutama di kalangan orang tua murid.
"Ada orang tua yang senang anak-anaknya belajar tatap muka di sekolah, tapi juga masih banyak orang tua yang keberatan," kata Doni.
"Tetapi saat ini baru 27 persen di zona hijau. Saya ulangi lagi di zona hijau," sambungnya.
Petugas medis yang mengenakan pakaian hazmat, tiba di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Kamis (5/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
70 Hingga 90 Persen Kasus Positif Corona di Indonesia OTG
Doni menyebut, sekitar 70 hingga 90 persen orang yang terkonfirmasi positif corona merupakan orang tanpa gejala (OTG). OTG, selain tak merasakan gejala apa pun, ia juga masih menjalankan aktivitas sehari-hari.
ADVERTISEMENT
"COVID-19 ini berbahaya, tetapi jauh berbahaya adalah mereka yang membawa virus COVID-19 sebagai carrier. Sejauh ini dari berbagai provinsi yang melapor ke satgas, 70 sampai 90 persen mereka yang positif tanpa gejala. Ada 70-90 persen setelah dilakukan pemeriksaan adalah orang tanpa gejala," kata Doni.
"Risiko besar ketika pulang ke rumah ada lansia, anak kecil, dan ada saudaranya yang punya penyakit penyerta akan terpapar. Kalau imunitas rendah akan terinfeksi kemudian sakit bisa sakit sedang bahkan bisa menimbulkan kematian. Ini yang kita waspadai," pungkasnya.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Saksikan video menarik di bawah ini.
ADVERTISEMENT