Laporan PBB: Serangan Milisi Kongo Tewaskan Hampir 800 Orang Sejak Awal 2019

7 Juli 2020 4:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Evakuasi prajurit TNI yang terluka oleh serangan kelompok bersenjata di wilayah Makisabo, Kongo, Afrika. Foto: Puspen TNI
zoom-in-whitePerbesar
Evakuasi prajurit TNI yang terluka oleh serangan kelompok bersenjata di wilayah Makisabo, Kongo, Afrika. Foto: Puspen TNI
ADVERTISEMENT
Serangan kelompok milisi terkenal di Kongo, Allied Democratic Forces (ADF; Pasukan Demokrat Sekutu) telah menewaskan hampir 800 warga sipil sejak awal 2019. Hal ini berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (6/7).
ADVERTISEMENT
Dilansir AFP, Selasa (7/7), PBB menganggap serangan milisi ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Menurut Kantor Hak Asasi Manusia Gabungan PBB (UNJHRO) di Kongo, ADF telah melakukan pelanggaran hak "meluas, sistematis dan sangat brutal".
Dalam laporan UNJHRO di Kongo, dalam medio 1 Januari 2019-1 Januari 2020, tercatat pembunuhan terhadap 496 warga sipil, yang terdiri dari 142 wanita, 25 anak-anak, dan 329 pria.
"Mayoritas korban tewas diserang menggunakan senjata tajam atau ditembak," ungkap UNJHRO.
Ilustrasi tentara Kongo berjaga dari serangan Pasukan Demokrat Sekutu Kongo. Foto: Katombe/Reuters
Selama periode itu, kasus-kasus hak asasi manusia (HAM) yang dikaitkan dengan ADF, termasuk pembunuhan, penculikan, kerja paksa, dan serangan terhadap rumah sakit dan sekolah meningkat 67 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya.
UNJHRO juga menyebut pertumpahan darah akibat serangan ADF masih terus berlanjut hingga kini, dengan penambahan 297 korban tewas, sepanjang 1 Februari hingga 30 Juni.
ADVERTISEMENT
"Di bawah hukum internasional, pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran hukum humaniter internasional yang dilakukan oleh kombatan ADF dapat merupakan --berdasarkan sifat dan ruang lingkup mereka-- kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang," kata UNJHRO.
ADF adalah salah satu dari puluhan kelompok milisi yang beroperasi di Kongo timur. Kelompok ini merupakan warisan dari dua perang Kongo pada 1990-an yang melibatkan Uganda dan Rwanda. Kelompok ini berasal dari Uganda tetapi pindah ke Kongo pada 1995.
Pada 2019, tentara Kongo telah melancarkan kampanye melawan kelompok ADF yang menyebabkan "intensifikasi serangan mematikan". Namun serangan malah terus meningkat, sebagian karena pemindahan pasukan keamanan PBB misi Kongo, MONUSCO.
Baru-baru ini salah seorang anggota TNI yang menjadi bagian MONUSCO tewas diserang milisi bersenjata. Korban bernama Pelda Anumerta Rama Wahyudi gugur saat memimpin misi pergeseran pasukan, dukungan logistik, dan perbaikan alat berat saat melintas di wilayah Makisabo pada 22 Juni. Kini jenazah sudah dimakamkan di kampung halamannya di Pekanbaru, Riau.
ADVERTISEMENT
UNJHRO juga melaporkan pasukan Kongo ikut melakukan pelanggaran HAM, termasuk pembunuhan di luar hukum terhadap delapan warga sipil.
————-----------------------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona