Larangan Live Music Turunkan Jumlah Kerumunan Warga di Banda Aceh

21 September 2020 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Camat Kuta Alam, Reza Kamilin. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Camat Kuta Alam, Reza Kamilin. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Kecamatan Kuta Alam menjadi wilayah tertinggi angka penyebaran virus corona di Kota Banda Aceh. Dari 1.245 kasus yang telah ditemukan di Ibu Kota provinsi tersebut, 219 di antaranya adalah warga dari kecamatan Kuta Alam.
ADVERTISEMENT
Camat Kuta Alam, Reza Kamilin, mengaku wilayahnya merupakan terbanyak ditemukan kasus virus corona di Banda Aceh. Bukan tanpa sebab, Kuta Alam merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak di Banda Aceh.
“Tentunya ini tantangan bagi kita, bagaimana terus mengajak semua pihak untuk terlibat bagaimana cara menurunkan angka ini, dan menghilangkan COVID-19 di kecamatan kita,” kata Reza saat ditemui kumparan di kantornya, Senin (21/9).
Ilustrasi live music. Foto: Dok. Pixabay
Dengan komposisi masyarakat di Kuta Alam yang beragam, pihaknya melakukan berbagai upaya demi meningkatkan kesadaran masyarakat agar disiplin menjalankan protokol kesehatan. Salah satunya, melarang warung kopi mengadakan live music.
Dari hasil evaluasi, kata Reza, warung kopi atau kafe yang menyediakan live music sangat sulit menjalankan protokol kesehatan. Namun, setelah pihaknya mengeluarkan larangan terbukti menurunkan tingkat kerumunan warga.
ADVERTISEMENT
“Sudah tiga bulan live music kita larang di wilayah Kecamatan Kuta Alam, dan hasil evaluasi memang menurunkan jumlah kerumunan orang yang begitu lama di warung kopi. Muspika Kuta Alam satu-satunya kecamatan di Banda Aceh yang melarang live music setelah mendapat izin dari Wali Kota,” ungkapnya.
Di samping itu, kata Reza, semenjak Perwal 51 Tahun 2020 tentang penegakan disiplin protokol kesehatan di Kota Banda Aceh diterapkan, sekitar 30-an warga di Kecamatan Kuta Alam telah dikenakan sanksi. Mulai dari denda hingga hukuman sesuai yang diatur dalam Perwal.
Para pelanggar tersebut umumnya pengendara tak bermasker yang melintas ketika petugas menggelar razia. Sementara warga di warung-warung kopi dan kafe telah menggunakan masker hanya saja tidak menjaga jarak.
ADVERTISEMENT
“Warga tidak menggunakan masker lebih kepada pengguna kendaraan. Sementara di kafe-kafé hampir semua menggunakan, tetapi masalah yang kita temukan adalah soal jaga jaraknya yang mereka tidak melaksanakan,” pungkas Reza.