Lemhannas: 1/4 Warga Indonesia Kekurangan Makanan Karena Corona

22 Desember 2020 15:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makanan yang disajikan di atas piring merah Foto: dok.Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makanan yang disajikan di atas piring merah Foto: dok.Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pandemi corona bukan hanya tentang kesehatan, tapi juga ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang lesu mengakibatkan melonjaknya jumlah kemiskinan di dunia.
ADVERTISEMENT
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Agus Widjojo mengatakan kondisi itu juga terjadi di Indonesia. Ia menyebutkan lonjakan kemiskinan dan kelaparan terjadi selama pandemi.
"Indonesia tak luput dari resesi ekonomi dan melonjaknya angka kemiskinan. Bahaya kelaparan dan kekurangan gizi pun mengintai rakyat. Sungguh sebuah tahun mengerikan, annus horribilis, yang tak akan mudah lenyap dari ingatan," kata Agus dalam pernyataan akhir tahun Lemhannas, Selasa (22/12).
Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Agus tidak menyebut jumlah pastinya. Namun ia mengatakan 1/3 keluarga di Indonesia konsumsinya berkurang karena pandemi.
"Di Indonesia lebih dari 1/3 rumah tangga itu mengkonsumsi kurang dari yang mereka konsumsi sebelum adanya COVID-19 karena kekurangan dana atau sumber daya lainnya. 1/4 dikatakan bahwa mereka sudah berada pada tahap mereka kekurangan bahan makanan," kata Agus.
ADVERTISEMENT
Meski begitu menurut Agus masyarakat harus tetap optimistis untuk bisa keluar dari kesulitan ekonomi. Hal itu karena saat ini vaksin corona sudah ditemukan dan pandemi diharapkan cepat berakhir.
"Harapan bahwa wabah akan sirna bersemi di pengujung 2020 seiring dengan ditemukannya vaksin COVID-19 oleh berbagai perusahaan farmasi terkemuka dunia. Akibatnya bursa saham sejagat kembali bergairah. Sektor riil diperkirakan juga akan segera bangun dari tidur panjangnya," tutur dia.
"Ekonomi dunia diprediksi bakal kembali tumbuh di tahun 2021, bahkan meroket lebih tinggi dari masa pra-COVID-19. Tak terkecuali ekonomi Indonesia," ucap Agus.