Calon Menteri, Joko Widodo Ma'ruf

Lima Jenderal TNI di Lingkaran Jokowi

23 Oktober 2019 9:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin bersama sejumlah Menteri di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu (23/10). Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin bersama sejumlah Menteri di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu (23/10). Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo telah mengumumkan deretan menteri di Kabinet Baru 2019. Dari 38 nama anggota kabinet yang diumumkan, ada lima orang Jenderal TNI yang masuk dalam Kabinet Baru Jokowi yang dinamakan Kabinet Indonesia Maju.
ADVERTISEMENT
Kelimanya adalah Prabowo Subianto, Luhut Binsar Pandjaitan, Moeldoko, Fachrul Razi, dan Terawan. Mereka adalah purnawirawan Jenderal TNI Angkatan Darat yang sudah dipanggil ke Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Senin (21/10) dan Selasa (22/10).
Luhut Binsar Panjaitan dan Moeldoko sebelumnya sudah mengisi kabinet Jokowi di periode sebelumnya. Luhut pernah mengisi posisi Menko Polhukam dan Menko Bidang Maritim, sedangkan Moeldoko adalah Kepala Staf Kepresidenan.
Sementara itu, Fachrul Razi adalah Ketua Tim Bravo-5, yang merupakan salah satu kelompok relawan Jokowi di Pilpres 2014 dan Pilpres 2019. Sedangkan Terawan Agus Putranto adalah dokter kepresidenan sekaligus Kepala RSPAD Gatot Subroto.
Namun, di antara deretan jenderal ini, ada satu orang yang cukup menarik perhatian. Dia adalah rival 'abadi' Jokowi di dua pilpres, Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
Berikut profil singkat kelima jenderal yang masuk dalam lingkaran Jokowi:
Letjen (Purn) Prabowo Subianto - Menteri Pertahanan
Prabowo Subianto tiba di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu (23/10). Foto: ANTARAFOTO/ Wahyu Putro A
Prabowo dikenal sebagai sosok yang berkali-kali maju ke pilpres, dari Pilpres 2009, Pilpres 2014, hingga yang terakhir Pilpres 2019. Namun, ia belum pernah berhasil lolos, baik sebagai wapres, maupun presiden.
Di Pilpres 2009, ia pernah berpasangan dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Sementara pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, ia bertarung dengan Joko Widodo.
Jelang pelantikan presiden-wakil presiden terpilih, Prabowo justru membuat gebrakan yang cukup mengagetkan pendukungnya. Pada 11 Oktober 2019, ia mendatangi Istana untuk bertemu dengan Jokowi. Hal itu sontak memunculkan isu kemungkinan Gerindra merapat ke pemerintah.
Benar saja, sehari setelah bertemu Jokowi, Prabowo pun rajin bersilaturahmi ke partai-partai pengusung Jokowi. Mulai dari NasDem, PKB, hingga Golkar.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, partai-partai pengusung pemerintah masih setengah hati menerima Gerindra di koalisinya. Salah satu alasannya adalah, mereka khawatir jika perbandingan oposisi dan koalisi tidak seimbang, fungsi check and balance tidak berjalan.
Isu tersebut rupanya juga sempat membuat internal Gerindra pecah menjadi dua kubu; kubu yang setuju bergabung dengan pemerintah dan yang tidak. Namun, saat menggelar rakornas di Hambalang, 16 Oktober 2019 lalu, Prabowo meyakinkan para kadernya agar siap bekerjasama dengan pemerintah jika diminta.
Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan - Menko Maritim dan Investasi
Mantan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan tiba di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Luhut Binsar Panjaitan merupakan tangan kanan Presiden Joko Widodo yang kerap diminta menangani segala urusan. Ia bolak-balik berganti jabatan di kabinet Jokowi-JK, mulai dari Kepala Staf Kepresidenan, Menko Polhukam, hingga Menko Maritim.
ADVERTISEMENT
Luhut mengawali kariernya sebagai perwira TNI. Kariernya cukup moncer, hingga pria berpangkat Jenderal ini terakhir menjabat sebagai Kodiklat TNI AD
Jenderal ini lalu didapuk sebagai Duta Besar Indonesia Berkuasa penuh untuk Singapura di era pemerintahan Presiden ke-3 RI BJ Habibie.
Berakhirnya masa jabatan Habibie, tak lantas membuat langkah Luhut di pemerintahan selesai. Ia langsung ditunjuk sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid. Namun, posisi itu hanya ia tempati selama satu tahun, sebelum digantikan Rini Soemarno pada Juli 2001.
Di politik, sebenarnya Luhut merupakan kader Golkar. Ia duduk di kursi Ketua Dewan Pertimbangan, mendampingi Akbar Tandjung dan Aburizal Bakrie.
Namun, karena berbeda dukungan politik di Pilpres 2014, Luhut memutuskan hengkang dari partai. Ia memilih mendukung Jokowi-JK, sementara Golkar mengusung Prabowo Subianto-Hatta Radjasa.
ADVERTISEMENT
Jenderal (Purn) Moeldoko - Kepala Staf Kepresidenan
Mantan Kepala Staf Presiden Moeldoko tiba di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Meski sempat bergabung dengan Partai Hanura, namun rekam jejak Jenderal (Purn) Moeldoko lebih panjang di dunia militer. Beberapa posisi strategis di militer pernah ia duduki, mulai dari Panglima TNI, Panglima Kostrad hingga Wakil Gubernur Lemhannas.
Pada tahun 2013, ia dipercaya menjadi Wakil Kepala Staf AD dan tak lama naik pangkat menjadi Kepala Staf TNI AD. Menginjak usia 56, pria kelahiran Kediri, 8 Juli 1957, ia diangkat menjadi Panglima TNI oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Setelah pensiun, ia sempat bergabung dengan Partai Hanura sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina.
Pada 17 Januari 2018, Moeldoko ditunjuk menjadi Kepala Staf Kepresidenan menggantikan Teten Masduki. Sedangkan pada periode kedua Jokowi, Moeldoko kembali direkrut menjadi Kepala KSP.
ADVERTISEMENT
Jenderal (Purn) Fachrul Razi - Menteri Agama
Mantan Wakil Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Sejak kecil, Fachrul Razi sudah menggemari dunia militer. Begitu lulus sekolah, ia memilih masuk Akademi Militer dan lulus tahun 1970.
Pria kelahiran Aceh, 26 Juli 1947 ini sempat menempati beberapa posisi strategis di militer. Mulai dari Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1 Kostrad, hingga Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan.
Pada tahun 1999, ia menjabat sebagai Wakil Panglima TNI. Begitu pensiun pada tahun 2000, ia pensiun dan aktif di bidang bisnis serta sosial.
Saat Pilpres 2014, ia membuat Tim Bravo-5. Tim ini merupakan salah satu tim pemenangan Presiden Joko Widodo di pilpres. Tim Bravo-5 kembali aktif pada Pilpres 2019 untuk memenangkan Jokowi di periode keduanya.
ADVERTISEMENT
Mayjen dr Terawan Agus Putranto - Menteri Kesehatan
Kepala RSPAD dr Terawan Agus Putranto tiba di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah lulus, ia langsung mengabdikan diri menjadi dokter di TNI Angkatan Darat.
Pria kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964 ini lalu memperdalam ilmunya dengan mengambil Spesialis Radiologi di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, dan mengambil program doktoral di Universitas Hasanuddin, Makassar. Namanya dikenal setelah menemukan metode cuci otak atau brain flushing untuk menyembuhkan stroke.
Metode pengobatan itu bahkan sudah diterapkan di Jerman dan dipatenkan dengan nama 'Terawan Theory'. Melalui metode ini, sepanjang pengalaman Terawan, pasien bisa sembuh dalam waktu 4-5 jam pasca-operasi.
Tahun 2009, Terawan menjadi bagian dari tim dokter kepresidenan. Ia juga ikut diterbangkan ke Singapura untuk ikut menangani almarhumah istri Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono, yang saat itu menderita kanker darah langka. Ia juga mendapat instruksi langsung dari Presiden Jokowi untuk menangani Nyak Sandang, satu-satunya penyumbang pesawat pertama Indonesia yang masih hidup.
ADVERTISEMENT
Namun, metode 'Terawan Theory' sempat memicu polemik karena diterapkan tanpa ada studi ilmiahnya, meski terbukti berhasil. Akibatnya, Terawan sempat dipecat sementara dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di awal 2018 lalu.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten