Limbah Rapid Test Antigen Dikhawatirkan Menumpuk, Ini Antisipasi Kemenkes

10 Februari 2021 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jubir vaksinasi corona dari Kemenkes Dr. Siti Nadia Tarmizi. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jubir vaksinasi corona dari Kemenkes Dr. Siti Nadia Tarmizi. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Masih tingginya laju penularan corona membuat pemerintah berupaya menggencarkan 3T (Testing,Tracing,Treatment). menggunakan rapid test antigen. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada penumpukan limbah medis tersebut.
ADVERTISEMENT
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, penanganan limbah medis tersebut butuh penanganan khusus. Oleh karena itu pemerintah dalam melarang keras rapid antigen ini dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) non kesehatan.
"Penanganan limbah (butuh treatment khusus), makanya kita meminta pemeriksaan rapid antigen tidak bisa dilakukan oleh fasyankes yang bukan kesehatan. Jadi memang pemeriksaan rapid antigen ini harus dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih dan juga faskes," ujar Nadia dalam keterangannya, Rabu (10/2).
Sebab, dibutuhkan sejumlah alat medis tertentu hingga alat pelindung diri (APD) yang biasanya disediakan di tiap fasyankes. Digunakan sebelum mengumpulkan limbah medis rapid antigen.
Warga mengikuti rapid tes antigen di Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa (22/12). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
"Harus dilakukan di tempat terbuka, tidak membahayakan orang lain, hanya ada dia dan pemeriksa saja pada ruangan tersebut. Dan menggunakan APD yang sesuai dengan kriteria pemeriksaan antigen ini, tidak bisa sembarang masyarakat yang tidak terlatih untuk melakukan pemeriksaan ini," ucap Nadia
ADVERTISEMENT
Pihak Kemenkes berharap agar limbah tersebut dapat dikelola sedemikian rupa. Dan tidak digabungkan dengan limbah rumah tangga yang dapat diakses atau dipungut oleh siapa pun nantinya.
"Karena tahap berikutnya akan ada proses pembuangan limbah, adalah sesuatu yang sudah dilakukan oleh puskesmas dan RS. Kita juga enggak mau nih limbahnya jadi limbah rumah tangga, tapi limbah medis yang dikelola fasyankes," kata Nadia.