Listrik Kembali Menyala di Bangladesh Setelah 7 Jam Padam Akibat Krisis Energi

5 Oktober 2022 21:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah toko farmasi menggunakan lampu lilin untuk melayani pelanggan selama pemadaman listrik di Dhaka, Bangladesh, Selasa (4/10/2022). Foto: Mohammad Ponir Hossain/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah toko farmasi menggunakan lampu lilin untuk melayani pelanggan selama pemadaman listrik di Dhaka, Bangladesh, Selasa (4/10/2022). Foto: Mohammad Ponir Hossain/REUTERS
ADVERTISEMENT
Listrik kembali menyala di seluruh Bangladesh setelah negara tersebut mengalami pemadaman selama 7 jam akibat masalah pada jaringan listrik nasional pada Selasa (4/10). Diperkirakan 130 juta orang terdampak dengan adanya pemadaman tersebut.
ADVERTISEMENT
Krisis energi telah dialami oleh Bangladesh selama beberapa bulan terakhir sejak pemerintah menangguhkan operasi pembangkit listrik tenaga diesel akibat harga impor yang melambung.
Harga impor yang mengalami kenaikan terjadi akibat perang Rusia-Ukraina. Sejak saat itu, pemerintah Bangladesh berjanji untuk menghemat energi setelah mengalami defisit fiskal tahun lalu.
Suasana permukiman selama pemadaman listrik di Dhaka, Bangladesh, Selasa (4/10/2022). Foto: Munir Uz zaman/AFP
Tercatat sebanyak 77 pembangkit listrik tenaga diesel di Bangladesh kini kekurangan bahan bakar. Padahal, pembangkit listrik tenaga diesel menghasilkan sekitar 6 persen dari total energi listrik di Bangladesh. Sehingga, penangguhannya memangkas hingga 1500 megawatt cadangan listrik.
Dikutip dari AFP, masih belum jelas apa yang membuat kegagalan jaringan sehingga terjadi pemadaman tak terjadwal yang melanda lebih dari 80 persen negara itu tak lama setelah pukul 14.00 waktu setempat. Namun, pemadaman akibat kegagalan jaringan umumnya terjadi akibat ketidaksesuaian permintaan dengan persediaan listrik.
ADVERTISEMENT
Menteri Tenaga, Energi dan Sumber Daya Mineral Bangladesh, Nasrul Hamid, menyesalkan kejadian yang menghambat kegiatan masyarakat tersebut.
Becak melintas di jalan selama pemadaman listrik di Dhaka, Bangladesh, Selasa (4/10/2022). Foto: Mohammad Ponir Hossain/REUTERS
Sebelumnya, Pejabat di Badan Pengembangan Tenaga Bangladesh yang dikelola negara mengatakan transmisi listrik mengalami permasalahan di bagian timur negara itu.
Juru bicara departemen listrik mengatakan semua pembangkit listrik putus dan listrik terputus di Dhaka dan kota-kota besar lainnya.
Reuters melaporkan banyak pusat perbelanjaan besar di ibu kota Dhaka tutup lebih awal akibat pemadaman tersebut. Sedangkan di tempat lain, warga berkumpul di stasiun bahan bakar untuk mengumpulkan solar guna menjalankan generator siaga.
Terlihat juga beberapa pedagang pasar yang memilih tetap beroperasi mengandalkan cahaya lilin.
Vendor menggunakan lilin di pasar sayur selama pemadaman listrik di Dhaka, Bangladesh, Selasa (4/10/2022). Foto: Munir Uz zaman/AFP
Tidak hanya pemadaman listrik tak terencana ini, para produsen dan eksportir garmen telah lama mengeluhkan pemadaman yang mereka alami di pabrik mereka.
ADVERTISEMENT
Presiden Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Bangladesh yang menaungi 4.500 pabrik, Faraque Hassan, menjelaskan bahwa pabrik garmen rata-rata mengalami pemadaman 4 hingga 10 jam per hari.
"Untuk mengatasi krisis energi, kami menggunakan genset. Pemadaman hari ini tidak dapat diprediksi. Kami harus menutup kantor kami, karena generator tidak dapat beroperasi dalam waktu lama," kata Wakil presiden asosiasi, Shahidullah Azim.
"Kami tidak bisa menjalankan pabrik tanpa listrik," tambah Azim.
Becak melintas di jalan selama pemadaman listrik di Dhaka, Bangladesh, Selasa (4/10/2022). Foto: Munir Uz zaman/AFP
Hal ini berpengaruh terhadap kondisi Bangladesh sebagai eksportir garmen terbesar kedua di dunia setelah China.
Lambat laun krisis listrik ini dinilai akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Bangladesh.
Menurut Bank Pembangunan Asia pertumbuhan ekonomi Bangladesh akan melambat menjadi 6,6 persen dari perkiraan sebelumnya..
Angka dipengaruhi beberapa faktor seperti pengeluaran konsumen yang melemah, kendala manufaktur domestik, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Penulis: Thalitha Avifah Yuristiana.