LPSK Desak Polri Jelaskan Kematian 8 Orang Akibat Kerusuhan

23 Mei 2019 21:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kepolisian menembakan gas air mata ke arah massa aksi saat terjadi bentrokan di kawasan Tanah Abang. Foto: Antara/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kepolisian menembakan gas air mata ke arah massa aksi saat terjadi bentrokan di kawasan Tanah Abang. Foto: Antara/Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
Sebanyak 8 orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi antara polisi dan massa sejak Selasa (21/5) malam di Jakarta. Hingga saat ini, belum ada yang bertanggung jawab atas kematian para korban.
ADVERTISEMENT
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mendesak Polri mengusut kasus tersebut secara profesional dan menjelaskan penyebabnya secara transparan.
"Pihak kepolisian harus menangani kasus tersebut secara profesional dan independen, serta menjelaskan ke publik secara transparan," ucap Wakil Ketua LPSK, Maneger Nasution, dalam keterangan tertulis, Kamis (23/5).
Selain itu, LPSK mendorong Komnas HAM ikut menyelidiki tragedi berdarah tersebut. Bahkan, sekiranya dibutuhkan, Komnas HAM dapat membentuk semacam Tim Pencari Fakta Independen dengan melibatkan unsur masyarakat sipil.
"LPSK bersiap menerima laporan dari publik yang merasa ada ancaman atas keselamatan jiwanya dan akan memprosesnya sesuai dengan mekanisme dan kewenangan LPSK," tutur Maneger.
"Kami menghimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak terprovokasi, dan tidak main hakim sendiri," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
8 orang yang tewas itu tersebar di beberapa rumah sakit, yakni RSUD Tarakan, RS Budi Kemuliaan, RS Pelni, RSAL Mintoharjo, dan RS Dharmais. Beberapa diketahui tewas karena luka tembak di tubuh saat kerusuhan pecah.
Seorang warga memperlihatkan selongsong peluru di kawasan Tanah Abang. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian belum bisa menjelaskan soal adanya korban tewas dalam kerusuhan antara polisi dengan massa. Namun Tito langsung menduga ada kelompok lain yang bisa saja berperan timbulnya korban.
Dalam hal ini, kelompok yang sudah teridentifikasi akan membuat onar di 22 Mei bahkan membawa senjata. Dalam jumpa pers Rabu (22/5), Tito sempat menunjukkan senjata dimaksud.
"Jangan langsung apriori karena kami temukan barang seperti ini (senjata yang diamankan 19 Mei), di luar tangan TNI Polri. Ada kelompok yang memang mau bermain tanggal 22 Mei," kata Tito.
ADVERTISEMENT
Berikut data korban meninggal dunia berdasarkan informasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dokter, dan keluarga korban:
1. Farhan Syafero (30 tahun) warga Grogol, Kota Depok, Luka tembak di dada tembus ke belakang pada Rabu (22/5). Di RS Budi Kemuliaan.
2. Adam Nurian (19 tahun), warga RW 2 Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Luka tembak di punggung pada Rabu (22/5). Dievakuasi ke RSUD Tarakan.
3. Rizki Ramadhan alias Rama (17 tahun), warga Jalan Slipi, Kebon Sayur, Kemanggisan, Slipi. Tewas dengan dua tembakan di dada dekat tenggorokan, dan bahu kanan tembus dada belakang pda Rabu (22/5). Dievakuasi ke RSUD Tarakan.
4. Pria tanpa identitas, diduga berusia 14 tahun dengan luka di dada dan lengan kiri pada Rabu (22/5) di RS Dharmais.
ADVERTISEMENT
5. M. Reyhan Fajari (16 tahun). Meninggal di RSAL Mintoharjo pada Rabu (22/5).
6. Abdul Ajiz (27 tahun). Meninggal di RS Pelni pada Rabu (2/5).
7. Bachtiar Alamsyah. Meninggal di RS Pelni pada Rabu (22/5).
8. Sandro (31 tahun). Meninggal di RSUD Tarakan pada Kamis (23/2) usai dirawat sejak Rabu (22/5).