LSI Denny JA: PDIP Berpotensi Menang Pileg Dua Kali Berturut-turut

12 September 2018 15:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hasil survei LSI terkait perubahan dukungan partai menjelang 2019. (Foto: Mirsan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hasil survei LSI terkait perubahan dukungan partai menjelang 2019. (Foto: Mirsan/kumparan)
ADVERTISEMENT
LSI Denny JA merilis hasil survei soal potensi kemenangan partai politik di Pemilu 2019. Survei mengukur 20 parpol yang dinyatakan lolos oleh KPU dan bertema 'Berubahnya Dukungan Partai Politik menjelang Pemilu 2019'.
ADVERTISEMENT
Survei dilakukan pada 12-18 Agustus 2018 menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden sebanyak 1.200 orang dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Berdasarkan hasil survei, peneliti LSI Denny JA Adjie Alfarby mengungkapkan PDI Perjuangan menjadi parpol yang memiliki potensi terbesar memenangi Pemilu 2019. Hal itu juga bisa membuat PDIP memenangi pemilu dua kali berturut-turut sejak tahun 2014.
“Jika dilaksanakan pemilu hari ini, PDIP potensial partai pertama memenangi pemilu dua kali berturut-turut di era reformasi. Tidak ada pemilu satu pun yang bisa memenang pemilu dua kali berturut,” kata Adjie di Gedung LSI, Jalan Pemuda, Jakarta Timur, Rabu (12/9).
Ilustrasi PDIP (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PDIP (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Berada di posisi pertama, elektabilitas PDIP cukup tinggi dibanding pesaingnya dengan 24,8 persen suara. Menyusul di posisi selanjutnya ada Partai Gerindra 13,1 persen, Golkar 11,3 persen, PKB 6,7 persen, dan posisi kelima ditempati Partai Demokrat dengan 5,2 persen.
ADVERTISEMENT
Kemudian berturut-turut ada PKS dengan suara 3,9 persen, PPP 3,2 persen, NasDem 2,2 persen, Perindo 1,7 persen, PAN 1,4 persen, dan parpol lainnya yang elektabilitasnya di bawah 1 persen.
Adjie menjelaskan, PDIP berpotensi memenangi Pemilu 2019 berkat capres-cawapres yang diusungnya yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Selain itu juga ada momentum pelaksanaan Pileg dan Pilpres dalam waktu yang bersamaan.
“Pertama, Pilpres dan Pileg serentak menguntungkan partai utama yang mempunyai capres. PDIP terasosiasi dengan Jokowi, sedangkan Gerindra terasosiasi dengan Prabowo,” ucap Adjie.
“Dua partai ini menikmati efek pemilu serentak dibandingkan partai lainnya. Dalam studi perilaku pemilih, ini disebut sector effect,” lanjutnya.
Prabowo menjemput kedatangan Megawati saat menyaksikan final pertandingan pencak silat di Asian Games 2018. (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo menjemput kedatangan Megawati saat menyaksikan final pertandingan pencak silat di Asian Games 2018. (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
Selain itu, sosok Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dilihat sebagai sosok yang tegas dalam memimpin partainya masing-masing. Hal itu dinilai Adjie dapat meredam potensi konflik dalam internal partai, yang bisa merugikan elektabilitas mereka di Pemilu 2019.
ADVERTISEMENT
“Ketiga, ada strong leadership. Kita lihat beberapa ketum partai, PDIP dan Gerindra diuntungkan ketum yang punya karakter strong leader,” ucapnya.
Adjie kemudian mengibaratkan PDIP seperti klub sepak bola asal Spanyol Real Madrid yang dapat menjuarai Liga Champions tiga tahun berturut-turut dalam tiga tahun terakhir. “PDIP ibarat Real Madrid di Champions,” pungkasnya.