LSI Denny JA Ungkap Penyebab Elektabilitas Ganjar-Mahfud Merosot

11 Desember 2023 18:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Mahfud MD usai pengambilan nomor urut Capres Cawapres di KPU RI Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Mahfud MD usai pengambilan nomor urut Capres Cawapres di KPU RI Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hasil survei LSI Denny JA mengungkapkan penyebab elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud MD terus mengalami penurunan dalam empat bulan terakhir, dibanding Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka; dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang merangkak naik.
ADVERTISEMENT
Peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa mengatakan, pada periode akhir November 2023, elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai 42,9% alias unggul 18% atas Ganjar-Mahfud dan 18,9% atas Anies-Muhaimin.
"Dilihat secara tren, elektabilitas Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin terus menaik, sedangkan Ganjar-Mahfud terus menurun," ucap Ardian memaparkan hasil survei di YouTube LSI Denny JA, Senin (11/12).
Ardian menjelaskan sejumlah penyebab elektabilitas Ganjar sebagai individu dan ketika sudah dipasangkan dengan Mahfud terus turun, yakni dinilai kerap melakukan blunder.
"Jika blunder ini tidak ditanggulangi atau ada perubahan strategi, bukan tidak memungkinkan ada risiko bisa gugur untuk masuk ke putaran kedua," jelas Ardian.
Sejumlah blunder tersebut yang pertama, Ganjar menolak piala dunia U-20 yang kemudian mempengaruhi elektabilitasnya. Ketika pada Maret 2023, elektabilitas Ganjar di angka 36,2%, tapi sejak adanya blunder tersebut, turun menjadi 32,4% pada April 2023.
ADVERTISEMENT
Lalu blunder yang kedua adalah ketika kubu paslon nomor urut 3 ini mengkritik keras Presiden Jokowi mulai dari isu dinasti hingga neo-orde baru.
"Ganjar-Mahfud pada Oktober 35,3% kemudian turun di November awal 28,6%, bahkan sekarang November akhir menjadi turun lagi di angka 24,9%," ujar Ardian.
"Jadi dalam waktu yang tidak relatif lama, ada penurunan 9,6%. Jadi, memang blunder-blunder yang dilakukan itu juga kasus nyata, terhadap penurunan elektabilitas perorangan ataupun pasangan," lanjutnya.
(RB)