Mahasiswa Unpad Gagas Pemakaian Plastik Pati Singkong untuk Jenazah Kasus Corona

14 Oktober 2020 12:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas membawa peti jenazah pasien virus corona untuk dimakamkan di pemakaman Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas membawa peti jenazah pasien virus corona untuk dimakamkan di pemakaman Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
ADVERTISEMENT
Proses pemulasaran jenazah pasien corona harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Salah satunya adalah membungkusnya dengan plastik untuk mencegah tidak adanya cairan yang keluar dari jenazah.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, penggunaan plastik ini menjadi persoalan tersendiri bagi kelestarian lingkungan. Sebab, plastik merupakan komponen yang sulit diurai dalam tanah.
Butuh waktu paling cepat 100 tahun agar plastik bisa terurai. Jika kematian COVID-19 terus bertambah, ini berpotensi meningkatkan pencemaran lingkungan.
Menyiasati hal tersebut, tiga mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Adira Rahmawaty, Muhammad Ilfadry Rifasta, dan Salsa Sagitasa, mengembangkan gagasan plastik ramah lingkungan (biodegradable) dari bahan pati singkong untuk membungkus jenazah pasien corona.
Dikutip dari situs resmi Unpad, Rabu (14/10), Adira mengungkapkan, pati singkong terbukti sebagai bahan plastik yang paling bagus dan mudah terurai. Hal ini diperoleh berdasarkan tinjauan dari sejumlah literatur dari jurnal penelitian yang telah ada.
ADVERTISEMENT
"Plastik pati singkong akan terurai dalam waktu 12 hari untuk ukuran 1 milimeter. Jika asumsi penggunaan plastik untuk membungkus jenazah adalah sebesar 2 meter persegi, waktu yang diperlukan untuk terurai di tanah hanya 6 bulan," kata Adira.
Berdasarkan gagasan Adira dan tim, pembuatan plastik pati singkong untuk bungkus jenazah COVID-19 hampir sama dengan pembuatan plastik ramah lingkungan pada umumnya. Pati singkong dicampur dengan sejumlah komposisi kitosan sebagai plasticizer.
"Campuran kemudian dipanaskan dalam suhu tinggi sehingga menjadi tercampur dan cair. Cairan ini dituangkan ke dalam cetakan dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam. Lalu, material kemudian didinginkan oleh desikator dan dibiarkan sampai terbentuk film plastiknya," urai dia.
Petugas medis bersama warga mengangkat peti berisi jenazah pasien positif COVID-19 saat pemakaman di salah satu lokasi dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Foto: Ampelsa / ANTARA FOTO
Indonesia sendiri sudah mampu produk plastik ramah lingkungan berbahan pati singkong dan sudah digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Namun, kata Adira, plastik tersebut rata-rata rapuh dan mudah sobek.
ADVERTISEMENT
Karena itu, dalam gagasannya Adira dan tim menambahkan zat tambahan untuk menutupi kelemahan plastik ramah lingkungan tersebut. Zat tambahan yang digunakan dalam komposisi kitosan antara lain gliserol, sorbitol, aloe vera, dan minyak kayu manis.
Gagasan ilmiah Adira dan tim ini berhasil menyabet juara III pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Online Tingkat Nasional (LKTI OTN) 2020 yang digelar Universitas Brawijaya dari 6 Mei hingga 8 September lalu. Dengan dosen pembimbing Dr. Aliya Nur Hasanah M.Si, Adira dan tim berhasil meraih juara III pada kategori LKTI Agrokompleks.
Meski masih berupa gagasan ilmiah, Adira berharap dapat dilakukan pengujian lebih jauh di laboratorium.
“Harapan kami tentunya bisa dilakukan penelitian lebih lanjut dan bisa diimplementasikan untuk mengurangi kerusakan lingkungan,” kata Adira.
ADVERTISEMENT