Mali Tuduh Prancis Memata-Matainya Setelah Sebar Video Kuburan Massal

27 April 2022 17:13 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Prancis di Mali. Foto: Eric Feferberg / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Prancis di Mali. Foto: Eric Feferberg / AFP
ADVERTISEMENT
Mali pada Selasa (26/4) menuduh tentara Prancis telah memata-matai dan melakukan subversi yang menentang negaranya.
ADVERTISEMENT
Pesawat tak berawak Prancis dikabarkan dengan sengaja melintasi langit Mali untuk mendokumentasikan dugaan tentara bayaran mengubur sejumlah mayat di dekat pangkalan militer.
Junta Militer Mali melaporkan, pesawat tak berawak itu secara ilegal terbang di atas pangkalan Gossi pada 20 April.
Pada hari berikutnya, tentara Prancis menyebarluaskan video yang dikatakan telah menunjukkan tentara bayaran Rusia menutupi tumpukan tubuh dengan pasir.
Aksi itu dilakukan untuk menuduh pasukan yang berangkat melakukan kejahatan perang. Dua tentara terlihat merekam mayat yang setengah terkubur.
Pada Selasa (26/4) junta militer Mali mengumumkan penyelidikan atas penemuan kuburan massal yang berada di pangkalan Gossi.
Tentara mengatakan mereka baru menemukan kuburan itu sehari setelah gambar-gambar itu diterbitkan Prancis. Mereka mengeklaim tahap lanjut pembusukan mayat berada di luar tanggung jawab tentara Mali.
ADVERTISEMENT
Tentara kemudian menuduh Prancis telah memata-matai dan berusaha menodai reputasi pasukan Mali dengan video yang direkam oleh drone.
"Drone tersebut hadir untuk memata-matai FAMa (angkatan bersenjata Mali) kami yang pemberani," kata juru bicara pemerintah Abdoulaye Maiga seperti dikutip dari AFP.
Tentara Mali. Foto: AFP
"Selain mata-mata, pasukan Prancis bersalah atas subversi dengan menerbitkan gambar palsu yang dibuat untuk menuduh FAMa bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil, dengan tujuan menodai citra mereka," sambung dia.
Bamako mengatakan, pesawat asing terutama yang dioperasikan oleh pasukan Prancis telah dengan sengaja melanggar wilayah udara Mali lebih dari 50 kali sejak awal tahun.
Prancis, bekas kekuatan kolonial Mali, sedang menghentikan operasi militer anti-jihadis selama hampir satu dekade di negara Afrika Barat itu.
ADVERTISEMENT
Tetapi pada bulan Februari lalu, mereka memutuskan untuk menarik pasukannya setelah berselisih dengan junta militer, terutama karena pemulihan hubungan dengan Kremlin.
Prancis dan Amerika Serikat menuduh tentara bayaran dari perusahaan keamanan Kremlin Wagner telah ditempatkan di Mali. Junta mengeklaim Rusia hanyalah instruktur militer yang membantu Mali memulihkan ketertiban.
Tentara Prancis di Mali. Foto: Pascal Guyot/AFP
Petak luas Mali berada di luar kendali pemerintah karena pemberontakan jihadis. Pemberontakan itu dimulai sejak 2012 sebelum menyebar tiga tahun kemudian ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger.
Negara bagian Sahel yang miskin dan terkurung daratan itu telah diperintah oleh junta militer sejak kudeta Agustus 2020. Kudeta didorong oleh protes terhadap penanganan pemerintah terhadap perang melawan para jihadis.
Konflik tersebut dikatakan telah menyebabkan ribuan kematian militer dan sipil dan memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
ADVERTISEMENT
Junta awalnya berjanji untuk memulihkan pemerintahan sipil, tetapi gagal memenuhi komitmen sebelumnya kepada blok Afrika Barat ECOWAS untuk mengadakan pemilihan pada Februari tahun ini dan mendorong sanksi regional.
Penulis: Sekar Ayu.