Mari Melihat Betapa Timpangnya Tes Corona di Indonesia
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal ini akan berdampak ke dua hal. Pertama, menekan penularan dan yang kedua, meminimalisasi kasus kematian.
Apalagi, 70 persen kasus corona di Indonesia tak bergejala (asimptomatik). Minimnya tes akan membuat orang berkategori itu sangat mungkin menularkan virus ke banyak orang.
Namun sayangnya, jumlah tes corona di Indonesia belum memadai. Per 24 Agustus 2020, jumlah spesimen yang diperiksa berjumlah 2.056.166, diambil dari 1.173.369 orang.
Merujuk data Worldometers, jumlah tes corona per 1 juta penduduk hanya di angka 7.435. Sebab, penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 237 juta orang.
Padahal standar WHO, tes corona di Indonesia minimal 30-35 ribu tes individu per minggu. Tes harian kita berkisar di angka 12 ribu sampai 14 ribu.
Ketimpangan Tes
Di lain sisi, tes di Jakarta mendominasi jumlah tes nasional. Hal ini menunjukkan penanganan pandemi di 34 provinsi belum merata.
ADVERTISEMENT
kumparan mendapatkan data terbaru tes spesimen per 6 Agustus. Data ini dikeluarkan Kemenkes.
Bahkan Jawa Timur yang berada di peringkat 2 baru menyelesaikan pemeriksaan 154.566 spesimen. Lalu ada Jawa Barat di bawahnya dengan 143.125.
Apabila dihitung per 1 juta penduduk, ketimpangan semakin terlihat. Jumlah tes di Jakarta mencapai 47.655 per 1 juta penduduk.
Sumatera Barat juga termasuk yang berkategori baik dengan 14.836 tes per 1 juta penduduk. Standar WHO 10.000 per 1 juta penduduk.
Lalu di peringkat ketiga ada Bali. Mereka sudah melakukan tes sebanyak 14.343 per 1 juta penduduk.
ADVERTISEMENT
Jambi menjadi provinsi dengan rataan tes corona terendah. Tes di sana di angka 275 per 1 juta penduduk.
Kata Satgas soal Tes Minim
Terkait kondisi ini, juru bicara pemerintah terkait penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, memastikan setiap daerah masih terus berupaya meningkatkan tes spesimen virus corona.
"Hal ini (tes spesimen virus corona) sedang dilakukan berbagai daerah dan harapannya bisa meniru yang terbaik, yang dilakukan Jakarta," ujar Wiku saat konferensi pers secara virtual, Selasa (11/8).
Meski demikian, Wiku tak menampik kemampuan pemeriksaan spesimen virus corona setiap daerah berbeda-beda sesuai kondisi masing-masing, mulai dari kapasitas laboratorium hingga sumber daya manusia (SDM) yang memeriksa spesimen.
"Jadi kita perlu sadari bahwa kemampuan daerah memang bervariasi, DKI Jakarta kebetulan punya kemampuan yang cukup tinggi, dari laboratorium, SDM-nya untuk melakukan testing dan active case finding, sehingga mereka bisa menemukan kasus dan tes lebih banyak dan melebihi standar WHO," ujar Wiku.