Ma'ruf Amin: 689 WNI Otomatis Lepas Kewarganegaraan karena Ikut ISIS

13 Februari 2020 18:30 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
Status kewarganegaraan 689 WNI yang pernah bergabung ISIS dan kini berada di Suriah baik dalam penahanan maupun di penampungan, menuai kontroversi.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menggunakan istilah 'ISIS eks WNI' untuk menyebut mereka bukan lagi WNI. Namun, Muhammadiyah atau Gerindra menilai mereka masih WNI, tapi belum tentu layak dipulangkan.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin, memilih sepaham dengan Presiden Jokowi, dengan argumentasi ratusan WNI itu seluruhnya bergabung ISIS sehingga otomatis gugur statusnya sebagai WNI.
"Dengan dia mengikuti dan masuk ke dalam kelompok ISIS, ikut bergabung secara militer ISIS, itu sebenarnya sudah dalam ketentuan UU kita mereka tidak dikeluarkan dari kewarganegaraan, tapi mereka sudah membuat dirinya sendiri lepas dari kewarganegaraan," ucap Ma'ruf di kantornya, Jakarta, Kamis (13/2).
"Oleh karena itu, maka kita menganggap ya mereka sudah bukan warga negara tapi mereka kita menganggap lebih baik tidak memulangkan mereka," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Atas dasar itu, maka pemerintah memutuskan tidak akan memulangkan mereka. Alasannya karena khawatir jadi masalah, sehingga lebih baik ditolak demi menjaga warga Indonesia di sini.
"Mengawal yang sudah ada di sini saja sesuatu tak mudah. Melakukan deradikalisasi yang sudah terpapar saja, itu bukan sesuatu yang mudah. Jadi yang lebih aman dan maslahat kalau kita tak memulangkan mereka," terang Ma'ruf.
Namun, soal WNI anak-anak di bawah 10 tahun dan yang yatim piatu, Ma'ruf menyebut memang dalam kajian untuk bisa dipulangkan.
"Untuk anak anak terutama khususnya ya anak yatim piatu dan di bawah 10 tahun, masih kita pertimbangkan. Kita kaji lebih dalam, jangan sampai anak yang sudah sebenarnya, masih atau sudah terprovokasi nanti pada suatu saat bisa muncul lagi," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Maka dari itu kita, kalau dari segi kemanusiaan ya (bisa dipertimbangkan). Tapi dari segi antisipasi kemungkinan dia masih membawa virusnya, itu akan jadi masalah karena itu masih dipertimbangkan," pungkasnya.