Ma'ruf Amin: Ormas Jangan Pakai Struggle of Power untuk Peroleh Kepercayaan

26 Februari 2020 23:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin di saat kunjungan kerja ke Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Rabu (26/2). Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin di saat kunjungan kerja ke Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Rabu (26/2). Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan seluruh organisasi masyarakat keagamaan untuk tak menggunakan pendekatan struggle of power dalam upaya memperoleh kepercayaan umat terkait ajaran agama.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Ma'ruf saat membuka Kongres Umat Islam Indonesia VII Tahun 2020 di Ballroom Novotel Bangka Hotel and Convention Center.
"Menurut saya sebaiknya kita tidak menggunakan pendekatan struggle of power, tidak merebut, tidak merebut kekuasaan, tapi berkontribusi di dalam kekuasaan untuk memperoleh kepercayaan-kepercayaan yang seharusnya mestinya, kita dapatkan sesuai kebesarannya," ujar Ma'ruf Amin dalam acara Ta'aruf bersama peserta Kongres Umat Islam Indonesia VII di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Rabu (26/2) malam.
Sebab, kata Ma'ruf, jika terjadi perebutan kekuasaan dapat merusak kondusifitas dan tatanan dalam beragama di Indonesia.
"Kalau kita melakukan perebutan, yang direbut enggak mau terjadilah adu kekuatan, dan itu saya kira merusak tatanan dan merusak kondusifitas. Tapi bagaimana memperoleh kepercayaan bahwa sebagai umat bisa dipercaya untuk bisa memberikan jadi pemimpin di negeri ini," tandas Ma'ruf.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Di Indonesia saat ini, kata Ma'ruf, banyak organisasi masyarakat keagamaan membuat pengikutnya memiliki imamnya masing-masing. Ia memandang masyarakat masih berpegang teguh pada ajaran keagamaan yang dianut institusi atau organisasi yang diikutinya, sehingga Indonesia belum memiliki imam yang diakui secara nasional.
ADVERTISEMENT
"Saya kira kita belum temukan imam itu untuk semua umat Islam, yang ada itu imam untuk orang NU, imamah orang Muhammadiyah, imamah FPI-iyah jadi imam FPI, kemudian kita mengambil kesimpulan bahwa untuk cari orang, personal yang kita jadikan imamah islamiyah dalam arti nasional itu belum ketemu," ucap Ma'ruf.
Hal demikian menurutnya seharusnya tak lagi dilakukan, karena saat ini umat Islam Indonesia harus bersatu. Menurutnya, bersatunya umat Islam bukan sekadar kumpul, tetapi harus ada penyamaan visi dan misi.
Langkah tersebut, menurut Ma'ruf, saat ini berada di pundak MUI sebagai institusi nasional yang diharapkan dapat menjadi kiblat bagi seluruh umat Islam di Indonesia.
"Paling penting sekarang gimana menyatukan kembali seluruh umat Islam, agar visi perjuangannya sama, satu visi, jangan kita visi nya berbeda beda, (ayat) pikirannya satu tapi berbeda-beda," ungkap Ma'ruf.
ADVERTISEMENT
"Ini menyatukan MUI memang punya tanggung jawab besar dalam rangka bukan tauhid, dalam menyatukan sekadar kumpul, tapi menyatukan visi dan langkah-langkah," sambungnya.