Ma'ruf Amin Resmikan Fasilitas Riset Pangan BRIN di DIY

22 April 2022 12:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Ma'ruf Amin resmikan fasilitas riset BRIN. Foto: KIP
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Ma'ruf Amin resmikan fasilitas riset BRIN. Foto: KIP
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Ma'ruf Amin meresmikan fasilitas riset pangan BRIN di Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam sambutannya, Ma'ruf menilai Indonesia masih tertinggal jauh dari beberapa negara dalam urusan riset dan inovasi.
ADVERTISEMENT
Hal itu terbukti dari peringkat Inovasi Global tahun 2021, di mana Indonesia saat ini berada di urutan ke-14 di Asia Tenggara dan Asia Timur; dan urutan ke-87 di dunia, turun dua peringkat dari 2020. Ma'ruf menyebut agar tak semakin tertinggal, pemerintah terus bergerak mengejar ketertinggalan, salah satunya dengan menambah anggaran riset hingga penyediaan fasilitas riset yang mumpuni.
"Turunnya peringkat inovasi Indonesia di tingkat global menggambarkan pesan bahwa kita harus segera mengambil tindakan untuk memperbaiki aspek ini," kata Ma'ruf dalam sambutannya pada peresmian Fasilitas Riset Pangan di Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang ditayangkan secara daring, Jumat (22/4).
"Anggaran untuk pendidikan dan riset harus ditambah, kuantitas dan kualitas peneliti harus dinaikkan, serta infrastruktur dan fasilitas riset harus ditingkatkan," sambungnya.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin tinjau fasilitas riset BRIN. Foto: KIP
Menurut Badan Statistik UNESCO, Amerika Serikat mengeluarkan dana mencapai 1,7 juta dolar AS untuk mendanai penelitian dan risetnya. Jumlah itu, menurut Ma'ruf, jelas tak sebanding dengan Indonesia yang hanya mengalokasikan kurang dari 1% dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto) negara untuk kepentingan riset dan pengembangan.
ADVERTISEMENT
"Sebagai perbandingan, Korea Selatan, salah satu negara yang memimpin di bidang inovasi, mengeluarkan 4,1% dari PDB-nya untuk riset dan pengembangan. Jika Korea Selatan memiliki sekitar 6.800 peneliti per satu juta penduduk, kita hanya memiliki 89 peneliti per satu juta penduduk," ungkapnya.
Padahal, menurut Ma'ruf, riset dan pengembangan merupakan urat nadi yang akan menentukan kelanjutan usaha, termasuk membantu menciptakan produk dan layanan sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat, maupun metode atau proses baru yang lebih efisien.
Ia juga menyebut bahwa riset dan inovasi yang nantinya akan mendasari pertumbuhan dunia usaha dan penciptaan lapangan kerja, di mana kedua hal itu akan mendorong pula pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
"Negara-negara yang paling kompetitif di dunia adalah negara yang berinvestasi pada riset dan pengembangan untuk menghasilkan inovasi. Maka tidak mengherankan porsi dari Pendapatan Domestik Bruto yang dialokasikan untuk riset dan menambah jumlah peneliti secara global kian meningkat," ujarnya.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin tinjau fasilitas riset BRIN. Foto: KIP
Ia berharap dengan kehadiran Fasilitas Riset Halal dan Laboratorium bertaraf internasional milik BRIN ini ke depan dapat memberikan harapan bagi Indonesia, khususnya dalam urusan memajukan riset dan inovasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kehadiran fasilitas riset baru juga diharapkan dapat memastikan kemanfaatan dan kesesuaian hasil riset dengan kebutuhan industri. Sehingga riset yang dihasilkan dapat menjawab kebutuhan industri sekaligus dapat dikembangkan dalam skala industri.
"Negara-negara maju umumnya telah menjalankan kolaborasi riset dengan dunia usaha, mulai dari pembiayaan riset hingga pemanfaatan hasil riset. Di bawah naungan BRIN, saya harapkan bentuk kolaborasi riset dengan berbagai mitra akan semakin terarah dan membuahkan hasil," kata Ma'ruf.
"Selain itu, saya juga berharap agar fasilitas ini dapat menginspirasi generasi muda Indonesia untuk memilih profesi sebagai peneliti. Mari bersama kita dorong semakin bermunculannnya peneliti muda nasional pekerja keras dan berkualitas," pungkasnya.