Ma'ruf Amin Soroti Minimnya Jumlah Peneliti RI, Kalah dengan Vietnam

24 Februari 2020 14:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden, Ma'ruf Amin (kedua kanan) saat menghadiri Raker BPPT 2020, Senin (24/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden, Ma'ruf Amin (kedua kanan) saat menghadiri Raker BPPT 2020, Senin (24/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyinggung kurangnya peran swasta dan industri dalam penelitian dan pengembangan di Indonesia. Padahal Indonesia punya anggaran lebih tinggi untuk penelitian dibanding negara-negara di ASEAN, misalnya Filipina dan Vietnam.
ADVERTISEMENT
"Menurut Global Innovation Index (GII) tahun 2018, dari sisi anggaran penelitian dan pengembangan alokasi anggaran Indonesia sekitar Rp 27 triliun. Lebih besar dibanding Filipina sekitar Rp 12 triliun dan Vietnam sekitar Rp 24 triliun," kata Ma'ruf dalam sambutannya di pembukaan Rakernas BPPT, Jakarta Pusat, Senin (24/2).
"Di Indonesia, alokasi terbesar didominasi pembiayaannya oleh pemerintah, sedangkan di negara ASEAN didominasi oleh industri," jelas Ma'ruf.
Wakil Presiden, Ma'ruf Amin (kanan) saat menghadiri Raker BPPT 2020, Senin (24/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ma'ruf juga menyoroti jumlah peneliti di Indonesia yang masih sedikit. Dibandingkan Vietnam, jumlah peneliti di Indonesia hanya puluhan orang, sementara di Vietnam mencapai ratusan orang per satu juta penduduk.
"Jumlah peneliti Indonesia hanya 89 orang per juta penduduk. Dibandingkan dengan Vietnam jumlah peneliti 673 orang per juta penduduk," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, menurut laporan GII tahun 2019, Indonesia berada peringkat ke-85 dari 129 di dunia dan peringkat kedua terendah di ASEAN. Indikator terburuk adalah lemahnya institusi," lanjutnya.
Lebih lanjut, Ma'ruf menyinggung pentingnya peran BPPT sebagai lembaga dalam pengkajian dan penerapan IPTEK. Sebab kemampuan menguasai, mengembangkan, dan memanfaatkan IPTEK adalah faktor yang membedakan tingkat kemajuan suatu negara.
"Salah satu tolok ukur keberhasilan BPPT adalah terpakainya inovasi teknologi oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, BPPT memerlukan mitra untuk hilirisasi inovasi teknologi tersebut dan pentingnya mitra. Saya mendukung penuh langkah BPPT dalam melaksanakan kerja sama dengan mitra-mitranya seperti dengan industri, kementerian dan lembaga, dan perguruan tinggi," pungkasnya.