Ma'ruf: Kearifan Lokal Bisa Redam Konflik, Seperti Bakar Batu di Papua

8 November 2019 10:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Ma'ruf Amin (tengah) usai menghadiri acara konferensi kelapa sawit di ITDC, Nusa Dua, Bali Foto:  Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Ma'ruf Amin (tengah) usai menghadiri acara konferensi kelapa sawit di ITDC, Nusa Dua, Bali Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyampaikan seminar di depan 64 peserta Sespimti Polri di The Tribrata, Jakarta Pusat. Dalam pidatonya, ia menyinggung soal tradisi atau kearifan lokal sebagai cara penyelesaian konflik di daerah.
ADVERTISEMENT
Salah satu tradisi yang disebut Ma'ruf Amin adalah bakar batu di Papua. Ia pun meminta penyelesaian masalah dilakukan dengan kearifan lokal atau pendekatan sosiologis masyarakat.
"Di Papua ada bakar batu, ada gotong royong, ada kearifan lokal bisa selesaikan (masalah) kerukunan yang tak bisa diselesaikan. Maka itu bingkai sosiologis penting," kata Ma'ruf, Jumat (8/11).
Wapres Ma'ruf Amin Memberi Sambutan di Seminar Sespimti Polri. Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
Selain bakar batu, Ma'ruf Amin juga menyinggung kearifan lokal lain dari Kalimantan hingga Maluku.
"Di Kalimantan ada rumah betang. Di Maluku, di Ambon ada pela gandong," kata Ma'ruf Amin.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Menurut Ma'ruf Amin, pendekatan sosiologis masyarakat dengan kearifan lokal bisa dilakukan dalam mengatasi suatu masalah, apabila pendekatan yuridis dan politis tak bisa dilakukan.
"Bingkai sosiologis kemasyarakatan karena bingkai kearifan lokal, banyak sekali kearifan lokal dalam menyelesaikan persoalan terjadinya konflik yang tak bisa diselesaikan secara politis maupun yuridis," terangnya.
Masyarakat Papua melakukan upacara bakar batu di lapangan Hawai, Sentani, Papua. Foto: ANTARA FOTO/ Gusti Tanati
Bicara soal tradisi bakar batu, September lalu masyarakat Papua menggelar bakar batu setelah serangkaian demonstrasi yang memicu kericuhan sempat menyelimuti wilayah Jayapura, Papua.
ADVERTISEMENT
Umumnya, masyarakat Papua menggelar tradisi ini sebagai perayaan mengakhiri keributan, perang, atau merayakan hal yang patut disyukuri.
Tradisi bakar batu rayakan Perdamaian di lapangan Hawai, Sentani, Kabupaten Jayapura. Foto: Ricky Febrian/kumparan
Sementara, pela gandong merupakan istilah di Maluku yang menandakan ikatan persatuan dan persaudaraan.
Sedangkan rumah betang merupakan, tempat tinggal Suku Dayak yang menjadi simbol kebersamaan dan persaudaraan. Rumah betang umumnya dihuni lebih dari 50 orang. Pembangunannya juga dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat.