Massa Pro-Demokrasi Desak PM Thailand Mundur dalam 3 Hari

22 Oktober 2020 7:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Massa pro demokrasi menggelarr unjuk rasa anti pemerintah di Bangkok, Thailand, Minggu (18/10).  Foto: Jorge Silva/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Massa pro demokrasi menggelarr unjuk rasa anti pemerintah di Bangkok, Thailand, Minggu (18/10). Foto: Jorge Silva/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pengunjuk rasa Thailand memberikan waktu tiga hari kepada Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha untuk mundur dari jabatannya atau akan menghadapi demo yang lebih besar. Namun dua jam setelah membuat pernyataan itu, pemimpin pengunjuk rasa ditangkap.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, puluhan ribu orang berbaris di kantornya di Gedung Pemerintah. Massa yang telah berdemonstrasi selama berbulan-bulan menentang Prayuth dan mendesak pembatasan kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn.
Massa mengklaim sukses setelah menyerahkan surat pengunduran diri tiruan untuk Prayuth kepada pejabat di luar.
PM Thailand Prayuth Chan Ocha. Foto: AFP/JEWEL SAMAD
"Perjuangan kami tidak berakhir selama dia tidak mundur. Jika dalam tiga hari dia tidak mundur, dia akan menghadapi lebih banyak massa," kata pemimpin massa, Patsaravalee 'Mind' Tanakitvibulpon.
Dia kini ditangkap atas tuduhan, yang menurut polisi, berhubungan dengan aksi pada 15 Oktober lalu. Penangkapannya menambah daftar panjang aktivis yang ditangkap selama 2 minggu terakhir. Pengacaranya mengatakan dia didakwa karena melanggar tindakan darurat.
Saat Patsaravalee dibawa aparat, dia berkata: "Saya tidak khawatir. Ini adalah permainan pemerintah".
Pengunjuk rasa pro-demokrasi menunjukkan hormat tiga jari selama protes anti-pemerintah, di stasiun Udom Suk, di Bangkok, Thailand, Sabtu (17/10). Foto: Soe Zeya Tun/REUTERS
Dalam pernyataannya lewat siaran televisi, Prayuth mengatakan dia siap mencabut langkah-langkah yang melarang pertemuan politik yang melibatkan 5 orang atau lebih dan publikasi informasi yang dianggap mengancam keamanan.
ADVERTISEMENT
"Saya akan mengambil langkah pertama untuk meredakan situasi ini," kata Prayuth.
"Kita harus mundur dari tepi lereng licin yang dapat dengan mudah meluncur ke kekacauan," kata dia, seraya mengatakan pembicaraan harus dilakukan di parlemen, di mana pendukungnya adalah mayoritas di sana.
Unjuk rasa di Thailand sejauh ini berjalan dengan damai, namun polisi mengeluarkan water cannon terhadap massa pada Jumat (16/10) lalu. Tindakan itu semakin memicu kemarahan pengkritik pemerintah.