Megawati Curhat Isu Jokowi 3 Periode hingga Maraknya KDRT saat Pandemi COVID-19

25 Maret 2021 8:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Megawati Soekarnoputri memberikan pengarahan usai pengumuman calon kepala daerah di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Rabu (19/2). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Megawati Soekarnoputri memberikan pengarahan usai pengumuman calon kepala daerah di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Rabu (19/2). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menghadiri peluncuran buku berjudul "Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam" secara virtual pada Rabu (24/3) kemarin.
ADVERTISEMENT
Buku ini ditulis oleh Kristin Samah dan Maria Karsia, yang didasarkan pada kecintaan Megawati terhadap tanaman dan binatang. Ia menilai buku ini merupakan mozaik dan bersentuhan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apalagi, Megawati secara khusus ingin ada foto 3 binatang dalam buku tersebut, yaitu kodok, kupu-kupu, dan kunang-kunang.
"Kenapa saya mengambil secara identik dari tiga binatang itu? Tiga binatang ini kok, ya, diberi tugas oleh yang di atas menjadi penyaring udara," ungkap Megawati dalam sambutannya.
Selain peluncuran buku, Megawati juga menyinggung persoalan lain. Semisal, ikut mengomentari wacana Jokowi menjadi presiden tiga periode hingga cerita Tri Rismaharini yang menangis kepadanya setelah jadi Menteri Sosial karena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) meningkat.
ADVERTISEMENT

Megawati Bicara Jokowi Presiden 3 Periode

Joko Widodo (kiri) dan Megawati Soekarnoputri (tengah). Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Presiden ke-5 RI itu berpendapat ada sebagian orang yang sengaja menciptakan isu bahwa Jokowi ingin menjabat presiden 3 periode.
"Hari ini Pak Jokowi dikocok berkeinginan 3 periode. Orang yang ngomong itu yang ingin sebetulnya suatu hari 3 periode," tutur Megawati.
Padahal, kata dia, aturan main soal jabatan Presiden sudah diatur di UUD 1945. Aturan ini pun tidak bisa sembarang diubah.
"Aturan mainnya sudah ada, memang Presiden bisa terus mengubah keputusan secara konstitusi? Kan tidak," kata Megawati.
"Di sini saya blend masalah tanaman, ilmu pengetahuan, politik. Ini bagian dari menceramahi kalian. Jangan asal duduk saja," lanjutnya.

Risma Nangis karena Kasus KDRT Meningkat

Tri Rismaharini sebelum sebagai Ketua Bidang Kebudayaan PDI Perjuangan di DPP PDIP, Jakarta, Senin (19/8). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Persoalan KDRT yang justru semakin banyak akibat pandemi COVID-19 juga disinggung oleh Megawati.
ADVERTISEMENT
Megawati menceritakan pengalaman ini berdasarkan pengakuan Ketua DPP PDIP Bidang Kebudayaan, Tri Rismaharini, yang kini juga menjabat sebagai Menteri Sosial.
"Mbak Risma tiap kali ke sini nangis. Setelah jadi Mensos, 'aduh Bu, gimana ya, Bu. Sekarang ini KDRT makin besar'," ungkap Megawati menirukan ucapan Risma.
Tak hanya dari Risma, laporan banyaknya kasus KDRT juga Megawati dapatkan dari Menteri PPPA yang juga politikus PDIP, Bintang Puspayoga.
"Nah, Bapak-bapak, jangan dong umpamanya lagi sulit kok sek digamparin. Istrinyalah, anaknyalah. Siapa yang suka gamparin istri? Enggak ada yang berani. Itu namanya enggak jantan," tegas Mega.

Akibat COVID-19, Bapak-bapak Makin Ganas di Rumah

Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam penerimaan 3 Rekor MURI. Foto: Dok: PDIP
Masih bicara soal KDRT di tengah pandemi COVID-19, ia meminta para kepala rumah tangga agar tak suka memukuli istrinya di rumah.
ADVERTISEMENT
"Saya dapat laporan dari Bu Risma, Bu Bintang (Menteri PPPA), ini gimana ya, akibat COVID-19, makin saja bapak-bapak makin ganas di rumah, bukannya istri dipeluk-peluk. Ini kenyataan loh," ungkapnya.
Megawati menegaskan, bahwa dirinya bukan menakut-nakuti, namun ia meminta agar kaum Ibu jika mengalami KDRT segera melapor ke pihak berwajib. Sebab, sudah ada UU yang mengatur jika ada anggota keluarga yang mengalami kekerasan.
"Ibu-ibu jangan ketawa lho. Kalau digampar sama bapak lapor lho. UU-nya sudah ada lho. Saya yang membuat namanya UU KDRT yang juga untuk anak-anak," ucap dia.

Ngomel ke Hendrar Prihadi

Calon Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengenakan sarung tangan plastik saat akan menggunakan hak pilih di TPS 09 Kelurahan Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (9/12). Foto: Aji Styawan/ANTARA FOTO
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku suka mengomel ke Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, yang juga Ketua DPC PDIP Kota Semarang. Megawati memintanya untuk tidak haus kekuasaan saat menjadi seorang pemimpin daerah.
ADVERTISEMENT
Apalagi, pria yang akrab disapa Hendi itu baru saja dilantik sebagai Walkot Semarang untuk periode keduanya pada Februari lalu.
"Kalian saya minta aktif. Seperti Hendi, saya suka ngomel sama dia. Kalau jadi wali kota mau cari kekayaan? Kekuasaan? Ketenaran? Berhentilah paling dua periode selesai," kata dia.
Megawati mengingatkan tugas kader seperti Hendi dan kepala daerah lainnya dari PDIP adalah memperjuangkan nasib rakyat. Termasuk ikut membangun negara dengan kedaulatan pangan.
Ia menekankan, partai politik tidak hanya bertujuan menyejahterakan diri sendiri, tetapi sebagai alat perjuangan menyejahterakan masyarakatnya.
"Jadi jangan anak-anak saya terpaku hanya 'Oh saya anggota PDIP maka saya hanya harus sesuai dengan instruksi partai'. Tidak. Berpikir secara lebih luas, melihat kehidupan di sekitar kita. Hal-hal apa saja yang bisa diberikan oleh kita. Kalau rakyat senang, pasti kita akan senang. Itu filosofi yang selalu saya amalkan," tutup Megawati.
ADVERTISEMENT
***
Saksiikan video menarik di bawah ini: