Megawati Khawatir Dunia Mulai 'Mabuk' Perang: Proxy War hingga Perang Dagang

7 November 2022 12:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Megawati Soekarnoputri memberi pengarahan kepada para kader partai, Kamis (22/9). Foto: Dok. PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Megawati Soekarnoputri memberi pengarahan kepada para kader partai, Kamis (22/9). Foto: Dok. PDIP
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyampaikan kekhawatirannya terkait situasi global saat ini, termasuk peperangan yang terjadi di era modern dengan teknologi yang terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan Megawati saat memberikan sambutan secara virtual dalam acara Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta, Senin (7/11).
Menurut Mega, Konferensi Asia Afrika (KAA) dengan Dasa Sila Bandung atau pokok-pokok Piagam Bandung sebagai hasil KAA di bidang politik sudah berupaya mendorong prinsip non intervensi atas kedaulatan bangsa lain, salah satunya lewat Gerakan Non-Blok.
Namun dengan yang terjadi saat ini, justru teknologi digunakan sebagai ancaman dengan masifnya persenjataan.
"Bayangkan kalau dunia ini mabuk, lalu belum lagi persenjataan-persenjataan massal yang sekarang tentu harus kita halangi, untuk tidak dipakai, karena itu betul-betul melanggar," tuturnya.
Ia pun menyebutkan bagaimana dulu rakyat Jepang pernah menjadi korban percobaan Hiroshima-Nagasaki dan menerima dampak penderitaan akibat radiasi.
ADVERTISEMENT
“Seperti kita tahu Hiroshima-Nagasaki itu percobaan, tapi telak ya dan sampai hari ini dampaknya masih sangat terlihat,” tuturnya.
Hal itu juga membuat Megawati beranggapan bahwa PBB saat itu sudah tidak relevan dalam mencegah konflik. Sehingga, menurutnya Gerakan Non-Blok 1961 yang juga dipelopori oleh Presiden ke-1 Soekarno berperan penting dalam mencegah peningkatan eskalasi Perang Dingin. Namun tetap saja, imbuhnya, sejumlah peperangan kian masif terjadi.
Ia pun berpesan agar selalu mengedepankan dan ingat dengan perjuangan hak asasi kemanusiaan yang pernah digaungkan dalam Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, dan Konferensi Trikontinental untuk mewujudkan perdamaian dunia.
“Seperti perang asimetris, proxy war, perang dagang, perang persenjataan dan perang hegemoni dengan potensi eskalasi yang begitu cepat dan mengkhawatirkan. Karena itu melalui konferensi ini, mari kita perkuat gerak solidaritas antarbangsa. Mau ke mana sih kapal kita? Kita bukan Indonesia saja,” tandasnya.
ADVERTISEMENT