
Melalui Passion Projects, JIS Dorong Rasa Cinta Belajar dalam Diri Siswa
17 Desember 2021 17:23 WIB
·
waktu baca 5 menitDuduk berjam-jam dan hanya mendengarkan penjelasan guru yang satu arah membuat para siswa kerap bosan ketika di sekolah. Apalagi bila itu menyangkut mata pelajaran yang sulit, ketertarikan mereka terhadap proses belajar tentu semakin berkurang.
Kondisi itu pun dapat membuat para siswa berorientasi pada hasil. Selama nilai mata pelajaran yang didapat memuaskan, urusan proses di baliknya bukan jadi masalah. Akibatnya, pemahaman terhadap konsep pembelajaran pun terlupakan dan kecurangan dalam proses belajar tidak dapat dihindari.
Padahal, esensi dari mengikuti pembelajaran di kelas tidak sekadar untuk mendapatkan nilai terbaik. Dalam setiap mata pelajaran, terdapat berbagai nilai yang dapat dipetik untuk masa depan siswa.
Misal, ketika mempelajari pendidikan jasmani, siswa diajak untuk terus bergerak aktif agar tumbuh kembangnya terus optimal di masa depan. Atau saat belajar matematika, deretan angka dan pemahaman logika dapat meningkatkan kinerja otak dan mendorong siswa menjadi pribadi yang berpikir logis.
Oleh sebab itu, sekolah semestinya menjadi tempat yang dapat menumbuhkan rasa cinta belajar di kalangan para siswa. Sehingga, mereka dapat mengembangkan bakat dan potensinya masing-masing di setiap proses pembelajaran.
Tak hanya itu, dalam sebuah penelitian yang dilansir National Library of Medicine disebutkan bahwa siswa yang menyimpan minat terhadap pembelajaran tertentu cenderung memiliki jenjang karier yang lebih baik di masa depan. Sebab, ia akan menaruh perhatian pada mata pelajaran tersebut dan motivasi diri untuk berprestasi semakin besar.
Passion Projects di Jakarta Intercultural School (JIS)
Agar kian optimal, rasa cinta belajar di kalangan para siswa perlu ditumbuhkan sejak dini. Hal itulah yang mendorong Jakarta Intercultural School (JIS) menerapkan metode Passion Projects untuk para siswa, sejak mereka berada di jenjang pendidikan usia dini.
Passion Projects merupakan sebuah metode yang mengajak siswa untuk mendalami pelajaran sesuai minatnya masing-masing. Pondok Indah Elementary (PIE) Early Years Teacher, Neal Murphy, mengatakan, proses pembelajaran ini akan mendorong para siswa JIS menggali potensi di bidang yang mereka sukai dan membuat jam pelajaran jadi lebih menyenangkan.
"Ketika para siswa dihadapkan dengan hal-hal yang mereka suka, rasa penasaran dalam dirinya pun akan muncul. Akhirnya, timbul pertanyaan-pertanyaan yang menggerakkan rasa ingin tahu mereka. (Rasa ingin tahu) itulah yang akan menjadi dorongan untuk para siswa mengerjakan suatu proyek," jelas Murphy.
Menurut Murphy, ide-ide brilian sering muncul ketika siswa dibiarkan bereksplorasi selama pembelajaran. Tak hanya sekadar mengetahui minatnya, siswa pun dapat menemukan permasalahan pada ide-ide tersebut. Permasalahan itulah yang akan didiskusikan bersama guru dan dijadikan proyek yang harus diselesaikan siswa selama periode tertentu.
Sementara itu, Pattimura Elementary (PEL) Digital Literacy Coach Jakarta Intercultural School, Jay Graham, mencontohkan salah satu proyek yang pernah dilakukan anak didiknya.
"(Selama Passion Projects berlangsung) akan ada empat bidang utama untuk mengembangkan keterampilan siswa. Sebagai contoh, ada beberapa siswa yang menganggap bahwa barang daur ulang justru sering tidak bernilai guna. Lewat permasalahan itu, mereka menemukan ide untuk memperbaikinya kembali," terang Graham.
Graham melanjutkan, kelompok siswa tadi berdiskusi untuk membuat drone dari barang-barang bekas. Lewat proyek ini, siswa perlu mengetahui dasar-dasar teknologi, bagaimana drone bisa terbang, dan lain sebagainya. Karena telah menaruh minat sejak awal, siswa pun menikmati proses belajar.
"Hal-hal seperti itu (menemukan ide untuk proyek) terkadang tidak terpikirkan oleh guru. (Pada akhirnya) Passion Projects pun memunculkan poin (pembelajaran) yang bagus," katanya.
Graham menjelaskan, Passion Projects dapat mengoptimalkan tumbuh kembang siswa. Sifat empati dan menghargai proses akan terbangun seiring waktu. Selain itu, kemampuan berpikir logis dan kreativitas untuk menyelesaikan permasalahan dapat menjadi kebiasaan yang tumbuh dalam diri siswa.
"Jika para siswa ingin mempelajari sesuatu, mereka juga harus memikirkan, bagaimana cara mereka mempelajari itu? Apa langkah-langkah yang harus ditempuh agar proses belajar berhasil? Para guru akan mendampingi siswa selama proses pengerjaan proyek. Namun, siswa juga diajak untuk tetap mencari "kebahagiaan" ketika mereka menemukan kesulitan. Jadi, kemampuan problem solving siswa bisa terasah (selama proses belajar)," ucap Graham.
Makerspace di Jakarta Intercultural School
Untuk mendukung metode Passion Projects, JIS mempunyai Makerspace, sebuah ruang yang dapat mengasah pola pikir logis dan kreativitas siswa. Dengan menerapkan konsep iTime, Makerspace memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan bakatnya di sekolah.
Graham menjelaskan, setelah menentukan proyek yang ingin dijalankan, siswa akan membuat sebuah proposal atau rencana mereka —yang dikerjakan selama delapan minggu. Pada setiap proses, para siswa juga akan dibimbing untuk mendokumentasikan dan mempresentasikan proyek mereka. Dengan melewati proses belajar tersebut, para siswa akan terbiasa dengan praktik.
Saat itulah, maker mindset pada anak dapat terbentuk. Pola pikir ini yang ingin dihadirkan JIS agar siswa mampu menghasilkan solusi yang inovatif dalam setiap permasalahan yang dihadapi.
"Menurut saya, kami (para guru) perlu membiarkan siswa untuk mencoba kegagalan (selama mengerjakan proyek) karena itu bagian dari hidup. Jadi, selama proses belajar berlangsung, siswa mungkin ingin menyerah dan di situlah tugas guru untuk membimbingnya kembali agar ia (siswa) mampu termotivasi dalam belajar dan mengingat tujuan awal dari proyek ini," pungkas Graham.
Selain Passion Projects, Jakarta Intercultural School juga mempunyai berbagai program pembelajaran menarik lainnya. Anda dapat mendengarkan The JIS Podcast yang telah mengudara di Spotify. Bersama pengajar dan staf sekolah JIS, podcast ini akan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan program sekolah yang ada di JIS, pendidikan dan perkembangan anak, hingga pembelajaran yang berkembang di Indonesia.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Jakarta Intercultural School