Melihat Beda Kesaksian soal Ferdy Sambo Tembak Yosua

8 Desember 2022 10:05 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hakim menunjukkan barang bukti senjata HS dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat dengan terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Chandrawathi di PN Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Hakim menunjukkan barang bukti senjata HS dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat dengan terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Chandrawathi di PN Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Terdapat ragam versi cerita terkait penembakan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di rumah dinas Kadiv Propam Polri di Kompleks Duren Tiga, Jakarta Selatan, 8 Juli 2022. Setidaknya, ada empat versi yang diceritakan oleh pihak-pihak yang menyaksikan langsung peristiwa berdarah tersebut.
ADVERTISEMENT
Ada yang isinya bersinggungan dan senada, ada juga yang jauh bertentangan. Seperti halnya cerita Ferdy Sambo yang mengaku tidak ikut menembak Yosua ketika di Duren Tiga. Sementara pengakuan Richard Eliezer, mantan atasannya itu turut menembak.
Semua itu terungkap dalam persidangan yang digelar hampir 2 bulan di PN Jakarta Selatan. Berikut kumparan rangkum kesaksian soal peristiwa penembakan Yosua dari sudut pandang Sambo, Kuat Ma'ruf, Ricky Rizal, dan Eliezer. Mereka berempat ada dalam satu ruangan saat peristiwa pembunuhan terjadi.

Ferdy Sambo

Terdakwa Ferdy Sambo berjalan usai keluar dari ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (6/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dalam persidangan teranyar yang digelar pada Rabu (7/12) kemarin, Sambo kembali menceritakan soal peristiwa tewasnya Yosua. Ia berdalih tidak ada niatan untuk menghilangkan nyawa sang ajudan.
Kala itu, ia mengaku hanya ingin mengkonfirmasi kejadian di Magelang sehari sebelumnya. Sebab, di hari yang sama, dia telah mendapatkan cerita dari istrinya Putri Candrawathi yang mengaku dilecehkan oleh Yosua di Magelang. Sambo emosi mendengar itu.
ADVERTISEMENT
Ketika di rumah Duren Tiga, Sambo meminta Yosua dihadirkan ke hadapannya. Setelah berhadapan dengan Yosua, Sambo mengaku hanya mengkonfirmasinya.
“Begitu (Yosua) masuk, saya sudah emosi karena mengingat perlakuan Yosua kepada istri saya, saya kemudian berhadapan dengan Yosua,” kata Sambo.
“Saya sampaikan kepada Yosua, kenapa kamu tega sama Ibu, jawaban Yosua tidak seperti yang saya harapkan, dia malah bertanya balik, 'ada apa komandan', seperti menantang,” lanjutnya.
Sambo saat itu mengaku emosi ketika mendengar jawaban Yosua. Mantan Kadiv Propam itu pun langsung memerintahkan Richard Eliezer.
“Saya kemudian lupa, saya tidak bisa mengingat lagi, saya bilang Kamu (Yosua) kurang ajar, saya perintah Richard untuk 'hajar Chad',” jelasnya.
Namun menurut Sambo, Eliezer justru langsung maju menembak Yosua hingga jatuh tersungkur. Saat melihat itu, Sambo mengaku kaget dan panik. Ia pun meminta Eliezer untuk berhenti menembak.
ADVERTISEMENT
“Itu kejadian cepat sekali tidak sampai sekian detik, karena cepat sekali penembakan itu, kemudian saya kaget, saya sampaikan stop berhenti,” jelasnya.
“Begitu melihat Yosua jatuh kemudian sudah ada berlumuran darah saya jadi panik,” lanjutnya.
Di tengah kepanikannya, Sambo memutuskan untuk merekayasa TKP untuk membuat seolah-olah peristiwa yang terjadi adalah tembak menembak antar anggota.
“Saya tidak tahu bagaimana harus menyelesaikan penembakan ini. Kemudian saya berpikir dengan pengalaman saya yang paling memungkinkan dalam peristiwa ini adalah peristiwa tembak menembak,” kata Sambo.
Sambo pun mengambil senjata milik Yosua yang dilihatnya ada di pinggang Yosua. Ia mengambil senjata itu dan menembak asal ke dinding dan lemari.
“Kemudian setelah itu saya lap senjata Yosua dengan masker, saya letakkan di samping Yosua,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT

Ricky Rizal

Richard Eliezer, Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal mendengar kesaksian Benny Ali di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ricky juga ada di ruangan yang sama saat Yosua tewas. Dia berdiri tak jauh dari posisi Yosua.
Dia mengaku sempat mendengar perintah Sambo kepada Yosua untuk jongkok di dalam ruangan tersebut. Namun ia mengaku tak mendengar perintah Sambo kepada Eliezer untuk menembak.
Dor! Yosua ditembak oleh Eliezer. Ricky tak merinci berapa kali tembakan itu terdengar. Dalam keterangannya, Ricky mengaku hanya melihat Eliezer menembak, sementara dia tak melihat Sambo menembak Yosua.
"Saya tidak melihat itu," kata Ricky saat bersaksi untuk Richard Eliezer dan Kuat Ma'ruf di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (5/12).
Ricky beralasan bahwa ketika Yosua jatuh akibat tembakan Eliezer, ia pergi ke dapur karena merasa ada ajudan Sambo lainnya, Adzan Romer, memanggilnya dari arah sana. Menurut Ricky, ia mendengar Romer menanyakan ada kejadian apa. Namun, ia mengaku tidak menemukan siapa-siapa di dapur.
ADVERTISEMENT
"Terus saya balik ke ruang tengah, pas saya lihat posisi Bapak [Sambo] sudah melihat dinding ke arah tangga, terus berapa kali saya tak ingat. Sempat jongkok ke arah Yosua," ungkapnya.

Kuat Ma'ruf

Richard Eliezer, Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal mendengar kesaksian Benny Ali di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Keterangan Kuat ini hampir sama dengan Ricky. Versi dia, Yosua sempat dimarahi Sambo sesaat sebelum penembakan.
"Waktu itu, seingat saya, sependengaran saya, Bapak [Sambo] sempet mengatakan ke Yosua 'kamu kurang ajar sekali, kamu, kamu tega sekali sama saya'," papar Kuat.
Kuat menyebut posisi dia saat itu berdekatan dengan Ricky. Saat Sambo memarahi Yosua itu, Kuat mengaku sedikit bergeser.
Kuat mengaku mendengar perintah Sambo kepada Richard Eliezer 'hajar Chad'.
"Saya dengar sekali Bapak bilang, 'hajar Chad, hajar Chad'. [Lalu] ditembak sama Richard, der der. Enggak tahu berapa kali, Yosua tengkurap di samping tangga," papar Kuat.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku sempat ketakutan pada saat itu, terlebih Sambo sempat melihat kepadanya. Kuat merasa takut akan turut ditembak.
"Pikir saya, saya juga mau ditembak waktu itu, ternyata Bapak maju ke depan tembak-tembak tembok, setelah itu Bapak keluar," ujar Kuat.
Namun Kuat mengaku tak melihat Sambo menembak Yosua.
Hakim sempat mengkonfirmasi kembali kejadian tersebut: kapan Sambo menembak Yosua.
"Saya tidak lihat Bapak nembak Yosua," kata Kuat.
"Bahasa kamu sama sama Ricky, tidak lihat, tidak tahu, tidak dengar!" tegas hakim.

Richard Eliezer

Richard Eliezer, Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal mendengar kesaksian Benny Ali di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Keterangan Eliezer soal peristiwa penembakan senada dengan dakwaan jaksa. Ia mengakui menembak Yosua atas perintah Sambo. Menurut dia, tidak ada dialog konfirmasi kepada Yosua pada saat itu.
Perintah eksekusi langsung diberikan ketika Yosua dihadapkan depan Sambo. Eliezer menyatakan perintah Sambo jelas: tembak.
ADVERTISEMENT
"Itu masuk Pak Ferdy Sambo langsung lihat ke belakang, sini kamu (ke Yosua), pegang lehernya, 'sini, berlutut kamu sini, berlutut kamu sini, berlutut, woy kamu berlutut'. Lalu lihat ke saya, 'woy kamu tembak, kau tembak cepat, cepat kau tembak', saya keluarkan senjata langsung tembak," kata Eliezer.
Pada saat itu, Yosua disebut tidak langsung tewas. Masih terdengar suara erangan saat meregang nyawa.
Eliezer menyebut bahwa kemudian Sambo maju lalu menembak Yosua. Erangan itu pun tak terdengar lagi.
"Habis almarhum jatuh Pak FS maju. Saya lihat dia langsung pegang senjata, dia kokang senjata dulu, dia ke arahkan almarhum, ada sempat tembak ke almarhum," kata Eliezer.
Eliezer menyebut saat itu Sambo menggunakan sarung tangan di tangan kanannya. Sementara tangan kiri tidak bersarung tangan.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, Sambo menembak dengan menggunakan glock 17. Sambo pun kemudian menembak ke beberapa arah untuk merekayasa kejadian tersebut.
Saat merekayasa tembakan, Eliezer menyebut Sambo sempat berganti senjata dengan pistol HS. Kemudian senjata yang digunakan Sambo untuk menembak ke arah atas TV itu dipegangkan ke pergelangan tangan kiri Yosua.
Dalam kesaksiannya di persidangan, Eliezer menyebut Sambo langsung marah-marah usai menembak Yosua.
"Dia langsung berdiri, marah dia, teriak bilang 'kalian tidak bisa jaga Ibu', baru habis itu dia jalan ke arah luar enggak tahu dia ke Om Ricky Rizal atau Kuat Ma'ruf 'kau periksa itu HP-nya, kau periksa keluar itu HP-nya', baru dia keluar (rumah)," kata Eliezer di PN Jakarta Selatan, Rabu (30/11).
ADVERTISEMENT

Versi Siapa yang Benar?

Terdakwa Ferdy Sambo akan membacakan kesaksian yang didengarkan terdakwa Kuat Ma'ruf, Richard Eliezer dan Ricky Rizal di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Saat mendengar kesaksian yang disampaikan oleh Kuat dan Ricky pada Senin (5/12) majelis hakim sempat meragukannya. Bahkan hakim menyebut ‘kalian tuli dan buta’ karena tidak melihat dan mendengar Sambo menembak.
Di samping itu, hasil pemeriksaan dari Poligraf terhadap Kuat, menunjukkan bahwa sopir Sambo itu tak jujur. Poligraf adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi apakah seseorang itu bohong atau jujur.
"Jadi saudara saksi berbohong saat saudara saksi ditanya lihat Ferdy Sambo menembak tidak saudara saksi bilang tidak, hasilnya apa?" kata kuasa hukum Eliezer, Ronny Talapessy.
"Berbohong," kata Kuat.
"Jadi yang benar yang mana?" tanya Ronny.
"Ya, benar saya, lah. Itu, kan, robot," ucap Kuat.
Kuat tegas mengatakan pendeteksi kebohongan itu salah karena hanya sebuah robot. Ia bersih keras telah jujur menyatakan tidak melihat Sambo menembak Yosua.
ADVERTISEMENT
Kemudian, hasil dari Poligraf Sambo pun yang mengaku dirinya tak menembak Yosua, adalah tidak jujur.
“Sudahkah hasilnya (poligraf) Saudara ketahui?” tanya jaksa dalam persidangan 7 Desember kemarin.
“Sudah,” jawab Sambo.
“Apa?” tanya jaksa.
“Tidak jujur,” kata Sambo mengakui.
Namun, Sambo langsung melakukan pembelaan diri, Mantan Kadiv Propam Polri itu mengatakan hasil poligraf tidak bisa menjadi pembuktian dalam persidangan.
“Jadi poligraf itu setahu saya tidak bisa digunakan dalam pembuktian di pengadilan, hanya pendapat saja. Jadi jangan sampai framing ini membuat media mengetahui bahwa saya tidak jujur,” kata Sambo.
Hakim pun mengatakan agar Sambo tidak mempersoalkan hal tersebut, sebab yang menilai saksi berbohong atau tidak adalah Majelis Hakim.
“Ya nanti biar majelis yang menilai. Masalah kejujuran Saudara majelis hakim yang menilai,” kata Hakim.
ADVERTISEMENT