
Melihat Pengelolaan Air Limpasan Tambang Nikel demi Jaga Kualitas Perairan
2 Mei 2025 11:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
Proses pengelolaan air limpasan tambang dapat bervariasi–biasanya melalui sejumlah tahap. Salah satu treatment yang banyak digunakan adalah melalui pengendapan sedimen. Menurut T. Yan W. M. Iskandarsyah, ahli geologi lingkungan Unpad, metode pengolahan air paling baik adalah dengan menggunakan sistem pengendapan sedimen.
Hal ini dilakukan melalui beberapa kolam pengendapan yang dibuat dengan memperhatikan kemiringan (gradien) hidrolika dan arah aliran air. Jadi, air sisa pengolahan akan dialirkan ke kolam, kemudian diberi perlakuan sehingga air tak lagi keruh dan bebas dari zat berbahaya.
“Tentunya, luas dan banyaknya kolam harus disesuaikan dengan hasil analisis hidrologi dengan perhitungan bahwa di bagian outflow kolam terakhir, air sudah siap untuk dirilis ke lingkungan sekitarnya,” jelas Yan kepada kumparan, Kamis (10/4).
Ia menambahkan, metode pengendapan ini dinilai sebagai cara paling efektif dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan kondisi alamiah lingkungan di sekitarnya.
“Secara teori, metode ini bisa jadi dapat mengurangi kandungan kontaminan hasil tambang sebesar 75 persen. Namun demikian, dalam pelaksanaannya, masih banyak yang tidak tepat dalam pembuatan desainnya dan tidak memperhatikan kondisi geomorfologi dan hidrologi wilayah tersebut,” kata Yan.
Meski demikian, metode tersebut masih memiliki peluang kontaminasi. Nah, untuk mengantisipasinya, air limpasan tambang akan diberikan metode pemulihan oleh bantuan vegetasi tertentu dan penambahan zat kimia.
“Pada prinsipnya (air yang dirilis keluar) harus sesuai dengan baku mutu kualitas air yang sudah ditetapkan pemerintah atau bisa juga sudah mendekati rona awal lingkungan seperti ketika aktivitas tambang belum dilakukan,” kata Yan.
Salah satu perusahaan nikel yang menerapkan metode pengendapan ini adalah Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi berkelanjutan di Pulau Obi, Maluku Utara.Memiliki sekitar 52 kolam pengendapan, Harita Nickel mengelola kekeruhan air limpasan tambang.
Menurut Environmental Superintendent Harita Nickel Indra Maizar, tahapan yang harus dilalui air limpasan tambang di kolam adalah pemberian bahan koagulan dan flokulan. “Untuk memastikan kualitas air limpasan memenuhi baku mutu dan baik untuk lingkungan,” kata Indra saat kumparan berkunjung ke Harita Nickel beberapa waktu lalu.
Air yang sudah dirilis ini mengalir hingga ke perairan Kawasi, Pulau Obi. Kualitas air laut pun turut menjadi perhatian Harita Nickel.
Terdapat sejumlah langkah yang dilakukan perusahaan, mulai dari proses pemantauan rutin dengan menguji sampel air hingga menjaga kelestarian biota laut.
Sementara itu, Deputy Head of Health, Safety, and Environment (HSE) Harita Nickel Muharwan Syahroni menuturkan, ada sejumlah parameter yang diuji. Selama pemantauan, menurutnya, hasilnya sesuai dalam dokumen RKL/RPL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup), persetujuan teknis, dan sertifikat layak operasi (SLO).
“Jadi, kita selalu patuhi baku mutu lingkungan dan kualitas air, baik itu di air laut atau pun di titik penaatan yang lokasinya di darat,” tegas Muharwan.
Pernyataan Muharwan ini sesuai dengan kondisi perairan Laut Kawasi saat kumparan berkunjung beberapa waktu lalu bersama tim Environmental Marine Harita Nickel.
Hasil pengecekan menunjukkan suhu sesuai baku mutu, yakni 30, dan turbiditas (kondisi kekeruhan) yang rendah, menunjukkan perairan masih bersih. Kondisi perairan Kawasi yang baik juga didukung dengan kondisi karang yang masih asri, dengan masih ditemukannya beraneka ragam biota laut.
Dengan adanya pengelolaan air limpasan tambang yang baik ini, diharapkan air yang dirilis ke lingkungan, baik sungai maupun laut, sesuai baku mutu, sehingga mendukung kelestarian alam dan kehidupan masyarakat sekitar tambang.