Melihat Tradisi Saparan di Lereng Gunung Merbabu

18 September 2022 19:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi Saparan di Dusun Sleker, Kelurahan Kopeng, Kabupaten Semarang kembali digelar usai absen selama 3 tahun. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Saparan di Dusun Sleker, Kelurahan Kopeng, Kabupaten Semarang kembali digelar usai absen selama 3 tahun. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
ADVERTISEMENT
Tradisi Saparan di Dusun Sleker, Kelurahan Kopeng, Kabupaten Semarang kembali digelar usai absen selama 3 tahun akibat pandemi COVID-19. Ratusan warga antusias ikut memeriahkan Saparan yang digelar bersamaan dengan ulang tahun dusun.
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan di lapangan, tradisi ini juga dimeriahkan oleh kirab budaya dengan aneka macam kostum dan tari-tarian tradisional. Warga juga melakukan ritual di sumber mata air di ‘Tuk Songo’.
Tak hanya itu, warga dusun juga menyiapkan gunungan hasil tani. Ratusan kilogram sayur mayur itu akhirnya diperebutkan warga dan pengunjung wisata Kopeng.
Tradisi Saparan di Dusun Sleker, Kelurahan Kopeng, Kabupaten Semarang kembali digelar usai absen selama 3 tahun. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
Kepala Dusun Sleker Slamet Sulasdi mengatakan, tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang diberikan Tuhan. Apalagi pandemi corona berangsur membaik.
"Saparan merupakan budaya dari nenek moyang yang sangat Adiluhung, dalam rangka Merti Dusun atau ulang tahun dusun," ujar Slamet di lokasi, Minggu (18/9).
Menurutnya, tradisi ini juga dapat menjadi daya tarik wisata di dusun yang terletak di Lereng Gunung Merbabu.
ADVERTISEMENT
"Di Sleker karena sebagai tempat wisata, maka dari itu Saparan dikemas menjadi kirab budaya. Kita juga lakukan konservasi di mata air. Kita gelar tari tradisional dan lainnya. Supaya semakin meriah dan dapat menjadi wisata budaya dan semacamnya," sebut dia.
Tradisi Saparan di Dusun Sleker, Kelurahan Kopeng, Kabupaten Semarang kembali digelar usai absen selama 3 tahun. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
Sementara itu, Ketua penyelenggara Saparan Dusun Sleker, Dinar Bayu menjelaskan Saparan tahun ini mengangkat tema Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata. Gliyak-gliyak Tumindak, Sareh Pakole yang artinya desa memiliki adat, negara memiliki aturan. Meskipun bertindak pelan-pelan tetapi bisa terlaksana keinginannya.
“Saparan tahun ini kami bungkus dengan kegiatan Festival Budaya Kulon Kayon," jelas dia.
Tradisi Saparan di Dusun Sleker, Kelurahan Kopeng, Kabupaten Semarang kembali digelar usai absen selama 3 tahun. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
Ia berharap tradisi ini dapat membawa berkah bagi masyarakat. Apalagi, Saparan juga bagian dari melestarikan sumber mata air di ‘Tuk Songo’ yang sangat penting bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Semoga hasil bumi di Dusun Sleker senantiasa melimpah dan sumber air terjaga kelestariannya, serta masyarakat diberikan berkah kesehatan, rezeki dari aktivitas pariwisata, pertanian dan pekerjaan lain," kata Dinar.
Usai kirab, Saparan dilanjutkan dengan pentas seni wayang dengan lakon ‘Pandawa Sukur’. Tradisi ini juga akan menampilkan pentas seni ketoprak Dusun Sleker dengan lakon ‘Madeging Kadipaten Semarang’. Lalu pentas budaya Dusun Sleker sampai hari terakhir.