Melihat Uniknya Batik Tulis Karya Warga Binaan Lapas se-Jawa Timur

29 Oktober 2019 14:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah batik jeruji yang dipamerkan. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah batik jeruji yang dipamerkan. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kemenkumham) Jawa Timur menggelar fashion show bertema batik, Selasa (29/10). Fashion show ini terbilang cukup unik, pasalnya memamerkan batik karya warga binaan Lapas seluruh Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Fashion show tersebut juga diperagakan oleh staf Kanwil Kemenkumham Jatim. Mereka nampak gagah dan anggun berjalan lenggak-lenggok di atas karpet merah dengan menggenakan batik karya warga binaan Lapas.
Seperti batik karya warga binaan lapas Banyuwangi, Srihartini (37). Ia mengatakan, tak mudah belajar membatik. Srihartini membutuhkan waktu selama 11 bulan hingga mahir membuat batik tulis.
“Hampir 11 bulan, sulit kadang malamnya kena tangan panas, sekali,” kata Srihartini saat ditemui di Kantor Kanwil Kemenkumham Jatim, Surabaya, Selasa (29/10).
Salah satu warga binaan yang mengikuti pelatihan batik tulis Banyuwangi. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Srihartini merupakan tahanan kasus narkoba di Lapas Banyuwangi. Ia mendapatkan hukuman selama empat tahun satu bulan akibat kasus tersebut. Ia mengaku cukup senang dapat mengisi waktu dengan membatik sebab ia dapat memperoleh premi dari hasil membatik.
ADVERTISEMENT
“Ini (saya buat) batik jeruji, dari batik khas Banyuwangi, batik Gajah Uling,” jelasnya.
Sementara itu, Kalapas Banyuwangi Ketut Akbar Herry Achjar menjelaskan, batik jeruji merupakan batik khas Lapas Banyuwangi. Notabene batik Banyuwangi Gajah Uling yang dibumbui dengan gambar borgol.
Salah satu warga binaan yang mengikuti pelatihan batik tulis Banyuwangi. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Ketut mengatakan, sudah banyak warga binaan mengikuti pelatihan batik tulis Banyuwangi. Namun, saat ini hanya sekitar 25 warga binaan Lapas yang masih aktif dalam memproduksi batik jeruji.
“Hasil keluar sudah banyak, bukanya hanya masyrakat luar dari travel (wisata) sudah banyak. Kita pakainya simpel untuk kelompok usia 45 tahun ke bawah,” papar Ketut.
Selain itu, batik warga binaan Lapas Banyuwangi sudah beredar di Surabaya dan Jakarta. Bahkan, di pesan oleh agen wisata sebagai oleh-oleh. Setiap kain batik jeruji dihargai Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu. Rata-rata omzet batik jeruji sebesar Rp 10 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
“(Dari) Rp 10 juta sebagian untuk modal dan napi dapat premi (hadiah dari hasil jual batik). Hasil keluar sudah banyak, bukanya hanya masyrakat luar dari travel sudah banyak. Kita pakainya simpel untuuk kelompok usia 45 tahun ke bawah,” ujarnya.
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kemenkumham) Jawa Timur menggelar fashion show batik, Selasa (29/10/2019). Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Sementara itu Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kemenkumham) Jawa Timur Susy Susilawati mengatakan, fashion show ini ditujukkan untuk menarik investor untuk mengembangkan produksi batik warga binaan di Lapas seluruh Jatim. Selain itu, juga untuk bekal kemandirian warga binaan saat keluar dari Lapas.
“Harapannya investor tertarik kemudian para pembina dari luar tertarik untuk memasarkan batik dan meningkatkan kualitas batik hasil karya warga binaan. Tapi yang paling utama adalah warga binaan setelah keluar bisa membuat usaha batik sendiri tapi harus ada bapak asuhnya,” pungkas Susy.
ADVERTISEMENT