Memahami Kerja Sonar untuk Temukan Bangkai Pesawat Lion Air JT-610

30 Oktober 2018 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peralatan Sonar pencarian bangkai pesawat Lion Air, di Mako Polairud, Tanjung Priok (Foto: Reki Febrian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peralatan Sonar pencarian bangkai pesawat Lion Air, di Mako Polairud, Tanjung Priok (Foto: Reki Febrian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Satu paket peralatan sonar disiapkan di Dermaga Mako Polair Tanjung Priok, Jakarta Utara, untuk mencari bangkai dan kotak hitam pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Ujung Karawang, Jawa Barat. Rencananya, alat-alat itu akan dioperasikan oleh dua mekanik, satu dari Jakarta dan Singapura.
ADVERTISEMENT
Pantuan kumparan di lokasi, paket tersebut berisi dua unit alat sonar. Satu unit dengan bertuliskan 2D sonar memiliki panjang sekitar 1,5 meter dan dikemas dalam sebuah peti hitam.
Sedangkan satu unit lainnya bernama PRS 275 berbentuk seperti lampu sorot. PRS 275 inilah yang akan digunakan untuk mencari black box atau kotak hitam dengan menangkap sinyalnya.
“Alat ini bernama PRS-275. Semua peralatan yang ada di Polairud, TNI AL, dan Basarnas sudah kami maksimalkan tapi belum bisa menemukan badan dari pesawat,” ucap Kasubdit Fasharkan (Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan) Polairud, Kombespol Yassin Kossasih, di Makopolair, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (30/10).
Yassin menjelaskan, alat 2D Sonar akan mengirimkan gelombang ke dalam laut. Apabila pancaran gelombang menyentuh besi atau badan pesawat, maka pantulan baliknya akan kuat. Secara teknis dijelaskan alat 2D sonar akan dimasukan ke dalam air dengan alat seperti stik.
Peralatan Sonar pencarian bangkai pesawat Lion Air, di Mako Polairud, Tanjung Priok (Foto: Reki Febrian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peralatan Sonar pencarian bangkai pesawat Lion Air, di Mako Polairud, Tanjung Priok (Foto: Reki Febrian/kumparan)
“Nanti jika sonar sudah bisa kita identifikasi lokasi, baru kami bisa menerjunkan alat pendeteksi sinar kotak hitam secara terfokus,” ucap Yassin.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, alat ini bisa mendeteksi benda hingga kedalaman 200-300 meter. Sementara pesawat Lion Air JT-610 diperkirakan jatuh di kedalaman 30-35 meter.
Alat 2D sonar beroperasi dengan generator, sementara PRS-275 dengan menggunakan baterai. Keduanya alat ini bisa beroperasi selama 8 jam nonstop.
“Tapi nanti ditengah bisa kita charge kok, aman,” tutup Yassin.
Pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di Ujung Karawang pukul 06.33 WIB, atau 13 menit setelah take off dari Bandara Soekarno-Hatta pada Senin (29/10) lalu. Hingga Selasa pagi, sudah ada 24 kantong jenazah yang tiba di RS Polri Kramat Jati untuk dilakukan proses identifikasi.