Membandingkan Penerapan Rapid Test Corona di Berbagai Negara

21 Maret 2020 14:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik rapid test Kimia Farma di Bali. Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik rapid test Kimia Farma di Bali. Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Jokowi telah menginstruksikan pelaksanaan rapid test COVID-19 secara massal. Instruksi itu menyusul jumlah kasus positif corona yang semakin melonjak.
ADVERTISEMENT
"Segera lakukan rapid test dengan cakupan lebih besar agar deteksi dini awal seseorang terpapar COVID-19 bisa dilakukan," ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas melalui teleconference, Kamis (19/3).
Presiden Joko Widodo saat menyampaikan keterangan pers di beranda belakang Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (3/3). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Alat Rapid test rencananya akan diimpor PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau PT RNI. Perusahaan itu bakal mengimpor 500 ribu alat rapid test dari China. Opsi ini dipilih Jokowi ketimbang memutuskan lockdown.
Berbeda dengan swab test yang selama ini dilakukan, rapid test diklaim memakan waktu yang lebih cepat dalam mendeteksi corona. Butuh waktu sekitar satu hari untuk memperoleh hasil positif atau negatif. Ini berbeda dengan swab test yang memakan waktu tiga hari.
Dari segi metode pun berbeda, swab test menggunakan sampel lendir di hidung dan mulut. Sementara itu, rapid test menggunakan sampel tetesan darah pasien. Jika ternyata hasilnya positif, test kit akan menunjukkan perubahan warna.
Ilustrasi tes darah yang positif corona. Foto: Shutter Stock
Hal lain yang perlu dicatat, jumlah 500 ribu rapid test yang diimpor itu memang tak bisa dibilang banyak. Menurut data BPS, jumlah penduduk Indonesia per 2019 mencapai 270 Juta. Artinya, alat rapid test yang didatangkan mencapai 0,18 persen dari total seluruh penduduk RI.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, menurut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Letjen (TNI) Doni Monardo, DKI Jakarta akan mendapatkan prioritas untuk rapid test.
Berdasarkan data BPS 2019, jumlah penduduk Jakarta mencapai 10,5 juta jiwa. Artinya, ketersedian alat rapid test itu mencapai 4,76 persen dari total seluruh penduduk Ibu Kota.
Di sejumlah negara, rapid test ini sudah marak dilakukan secara massal. Lantas, bagaimana penerapannya?
China
China merupakan negara pertama yang terpapar virus corona. Bermula dari Kota Wuhan, Hubei, virus tersebut menyebar dengan begitu cepat pada 31 Desember 2020.
Petugas medis daruruat China yang merawat pasien virus corona atau COVID-19 mulai meninggalkan Wuhan, Hubei, China. Foto: AFP/STR
Meski demikian, Pemerintah China cepat mengambil keputusan. Kota Wuhan dan Provinsi Hubei pun untuk sementara waktu lockdown. Paralel dengan kebijakan itu, Pemerintah China melakukan rapid test secara gratis dan massal.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Business Insider, China melakukan rapid test secara masal ke 320 ribu orang di Provinisi Guangdong. Provinsi itu berjarak 900 km dari Kota Wuhan. Pemerintah China memang berusaha sedini mungkin untuk memeriksa warganya.
Namun, China belum membeberkan total rapid test yang dilakukan di seluruh negaranya. Meski begitu, China mengklaim bahwa rapid test yang dilakukan berhasil mengidentifikasi 80 ribu orang positif corona di seluruh wilayah China.
Ilustrasi corona di China. Foto: Shutter Stock
Gerak cepat China itu pun terbilang berhasil. Per 19 Maret 2020, Pemerintah China mengumumkan sudah tak ada lagi penyebaran virus baru di negara tersebut. Kini Pemerintah China sibuk mengobati pasien yang masih positif dan melakukan riset terhadap virus tersebut.
Korea Selatan
ADVERTISEMENT
Virus corona mulai masuk ke Korsel pada Februari 2020. Meski begitu, pemerintah Korsel bergerak cepat dengan menyisir daerah yang menjadi pusat penyebaran virus. Hingga ditemukan bahwa virus menyebar dari Gereja Shincheonji di Kota Daegu. Gereja itu pun diisolasi.
Pemerintah Korsel juga memutuskan untuk jemput bola terhadap mereka yang merasa terpapar corona. Pemerintah menggelar tes yang bersifat drive-thru (lantatur). Pengemudi tak harus keluar dari mobil dan cukup membuka jendela untuk diperiksa. Tes ini pun diberikan secara gratis oleh pemerintah.
Petugas kesehatan menggunakan pakaian pelindung memeriksa kendaraan di pusat pengujian drive-through, Seoul, Korea Selatan. Foto: AFP/ Ed JONES
Pemeriksaan meliputi adanya demam atau tidak. Petugas medis berpakaian lengkap pun akan mengambil sampel darah. Hasilnya dapat keluar dalam waktu satu hari. Menurut laporan The Guardian, kebijakan ini dilakukan untuk meminimalisir usulan lockdown yang sempat mengemuka.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Korsel sanggup melakukan rapid test sebanyak 15.000 kali dalam sehari. Sejauh ini, sudah ada 300 ribu tes yang telah dilakukan. Hal ini pun berbuah positif, tren virus corona di Korsel mengalami penurunan sejak Maret 2020.
Amerika Serikat
Di Amerika Serikat (AS), penanganan virus corona memang tidaklah secepat di China dan Korsel. Meski demikian, Pemerintah AS telah membuat sejumlah kebijakan terkait penanganan virus tersebut.
Badan Makanan dan Obat AS (FDA), misalnya, mengumumkan bahwa AS siap menggelontorkan 2,1 juta alat rapid test untuk warganya. Selain itu, FDA juga memastikan ketersediaan lab untuk memeriksa sampel darah pasien.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan tanggapan tentang pandemi virus corona atau COVID-19 kepada negaranya di Gedung Putih, Washington, AS. Foto: Doug Mills/Pool via REUTERS
Meski demikian, jumlah tes corona yang tercatat di AS per 9 Maret 2020 hanya mencapai 8.554 orang. Pemerintah AS juga belum menggratiskan biaya untuk tes corona. Pasien yang ingin melakukan tes mesti membayar USD 35,91 atau sekitar Rp 549.279.
ADVERTISEMENT
Italia
Italia merupakan negara dengan jumlah positif corona terbanyak kedua setelah China. Kasus positif corona di negara itu mencapai 41.035 kasus per 20 Maret 2020..
Menurut laporan Euronews, Rabu (18/3), Pemerintah Italia telah melakukan rapid test ke 148 ribu orang. Pemerintah Italia pun berjanji akan meningkatkan jumlah alat dan lab untuk tes tersebut.
Petuga berjaga di lapangan Santo Markur yang sepi di Venesia, Italia, Selasa (10/3). Foto: REUTERS / Manuel Silvestri
Perancis
Pemerintah Perancis mengklaim melakukan rapid test sebanyak 1.200 kali dalam sehari. Menurut laporan Euronews, Pemerintah Perancis menyebut mampu melakukan 2.500 tes dalam sehari.
Rapid test itu pun tak bisa diambil oleh semua orang. Pemerintah Perancis benar-benar menyeleksi siapa saja yang mesti melakukan tes itu. Per 9 Maret 2020, sudah ada 11.895 warga Perancis yang melakukan tes.
ADVERTISEMENT
Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab (UEA) merupakan salah satu negara Timur Tengah yang terpapar corona. Dilansir Gulf News, Senin (16/3), Pemerintah mengklaim telah melakukan 125 ribu tes massal ke warganya.
Ilustrasi orang Uni Emirat Arab memberi salam Foto: Shutter Stock
Menurut Pemerintah UEA, tes massal itu pun merupakan rekor di negaranya. Itu karena, 13 ribu orang telah diuji per 1 juta penduduk UEA.
Pemerintah UEA pun menggratiskan biaya rapid test. Warga yang ingin melakukan tes dapat menghubungi nomor telepon Kementerian Kesehatan untuk melakukan janji terlebih dahulu.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!