Membangun Asa Anak-anak di Palu dari Reruntuhan Sekolah

28 Oktober 2018 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aldi (depan) korban gempa dan tsunami Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aldi (depan) korban gempa dan tsunami Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebulan sudah Sulawesi Tengah diguncang gempa dan tsunami. Meski berada di pengungsian, warga mulai membangun kehidupan baru.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga dialami oleh para anak-anak sekolah di Palu. Mereka mulai kembali ke sekolahnya. Bukan untuk bersekolah, tapi mengais barang-barang yang masih bisa dipakai di antara reruntuhan bangunan yang sudah porak poranda.
"Hari Senin (mulai sekolah). Sekolah lama hancur," tutur Fadel (14) warga yang mengungsi di posko di Kantor TNI-AU, Palu, Minggu (28/10).
Fadel merupakan warga Petobo dan siswa SDI Petobo, tapi sekolahnya hancur diguncang gempa. Kini, sekolahnya dipindah ke lokasi baru di Jalan Banteng.
Dia memang tetap bersekolah meski tak mengenakan seragam. Buku-buku disediakan oleh sekolah.
"Guru-gurunya baru dari Jakarta," imbuh dia.
Suasana posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
Para guru yang semula mengajar di sekolah Fadel masih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Mereka bersekolah mulai pukul 09.00-11.00 WITA.
ADVERTISEMENT
"Pulang sekolah ke sini lagi (pengungsian)," katanya.
Beda hal dengan Fadel, Aldi (14) yang merupakan siswa SMP 4 mengaku belum kembali bersekolah. Sehari-hari, Aldi hanya menghabiskan waktunya di posko pengungsian.
"Belum belajar. Cuma pengumuman, pulang. Cuma 3 jam. Cuma lihat kelas keadaan bagaimana," tutur Aldi.
PFA di posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PFA di posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
Keduanya merupakan warga Petobo, daerah yang terdampak likuifaksi. Kini mereka tinggal di posko pengungsian bersama keluarganya.
Aldi tinggal bersama ayah dan kedua adiknya. Selama dia di posko, Aldi mengaku ayahnya pergi ke Petobo untuk cari benda yang masih bisa digunakan di reruntuhan rumah yang teraduk lumpur.
"Ngambil barang-barang yang masih bisa diambil dari Petobo," ungkapnya.
Warga yang mengungsi di Posko TNI AU ini juga mulai mendapatkan trauma healing, termasuk dari Psychological First Aid (PFA) Dompet Dhuafa. Warga diberi pemahaman dan pembekalan agar trauma akibat gempa dan tsunami bisa hilang.
ADVERTISEMENT
"Kami coba untuk sama-sama merendahkan efek itu supaya tidak berlanjut tiga bulan ke depan menjadi trauma," jelas anggota PFA Dompet Dhuafa Mega Sari.