Menag soal Bomber di Medan: Salah Pahami Ajaran Agama

17 November 2019 19:58 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Agama RI Fachrul Razi saat hadiri pertemuan silaturahmi dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama dan Ulama Aceh, Aceh, Minggu (17/11). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Agama RI Fachrul Razi saat hadiri pertemuan silaturahmi dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama dan Ulama Aceh, Aceh, Minggu (17/11). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Agama Fachrul Razi menghadiri pertemuan dengan ulama dan ASN di lingkungan kementerian agama provinsi Aceh. Dalam pertemuan itu, Fachrul ikut menyinggung bom bunuh diri yang terjadi di Polrestabes Medan, Rabu (13/11) lalu.
ADVERTISEMENT
Fachrul menilai serangan tersebut adalah fenomena ajaran agama yang disalahpahami. Kecenderungan meningkatnya paham dan gerakan sekelompok orang yang mengatasnamakan agama dilakukan untuk tujuan yang sangat sempit.
“Termasuk yang terakhir di Medan adalah fenomena di mana ajaran agama disalahpahami yang berwujud aksi-aksi kekerasan yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama itu sendiri,” ujar Fachrul di gedung aula lingkungan Asrama Haji, Banda Aceh, Minggu (17/11).
Menteri Agama RI Fachrul Razi saat hadiri pertemuan silaturahmi dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama dan Ulama Aceh, Aceh, Minggu (17/11). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Di hadapan para sejumlah tokoh ulama Aceh dan para ASN, Fachrul menegaskan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan untuk menyakiti sesama. Karena itu, sebutnya, peran para ulama dan tokoh agama dituntut untuk memberikan pencerahan bagi umat.
“Kementerian Agama saat ini terus mendorong kepada seluruh umat beragama agar memiliki cara pandang, sikap, dan perilaku beragama yang adil, tawassuth (jalan tengah), tawazun (berimbang), tasamuh (toleransi), dan prinsip-prinsip moderasi beragama lainnya,” kata Fachrul.
ADVERTISEMENT
Fachrul menjelaskan, setiap agama memiliki panduan-panduan prinsip yang mengajarkan tentang bagaimana hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Baik keyakinan, tingkat sosial ekonomi, termasuk pilihan-pilihan politik.
Kendati demikian, kata dia, sangat tidak wajar jika perbedaan agama dan tafsir-tafsir agama justru menjadi pemicu bagi perpecahan.
Sebagai putra Aceh, Fachrul berharap para ulama dan ASN Kementerian Agama Aceh dapat menyampaikan pesan-pesan agama sebagai panduan hidup masyarakat.
“Lalu, pesan-pesan agama seperti apa yang perlu kita sampaikan kepada masyarakat? Yaitu pesan-pesan agama yang mampu menjadikan setiap individu memiliki kesalehan personal dan kemanfaatan sosial bagi lingkungannya dengan penuh kasih sayang, toleransi, penghormatan terhadap hak-hak sesama, persaudaraan, dan lainnya,” pungkas Fachrul.