Menanti Hasil Investigasi Black Box Sriwijaya Air SJ 182

13 Januari 2021 7:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memindahkan Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Selasa (12/1).  Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memindahkan Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Selasa (12/1). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Operasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu akhirnya membuahkan hasil. Tim penyelam dari TNI AL berhasil menemukan bagian dari black box pesawat tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagian black box yang ditemukan adalah flight data recorder (FDR) yang berisi seluruh data penerbangan pesawat. Alat tersebut ditemukan pada pukul 16.00 WIB.
"Telah ditemukan bagian FDR. Bagian yang ditemukan pecahan," kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat konferensi pers di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1).
Petugas memeriksa puing-puing yang diduga pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (12/1). Foto: Yuddy Cahya Budiman/REUTERS
Hadi mengatakan, awalnya, KSAL Laksamana Yudo Margono melaporkan menemukan underwater locator beacon dari FDR. Underwater locator beacon merupakan alat untuk memancarkan sinyal darurat yang ditangkap dan menjadi acuan tim SAR dalam menemukan black box.
Hingga akhirnya, tim penyelam dari Dislambair Koarmada I TNI AL berhasil menemukan bagian utama FDR dan dalam waktu yang bersamaan underwater locator beacon dari cockpit voice recorder (CVR) Sriwijaya Air SJ 182 juga ditemukan.
ADVERTISEMENT
"Artinya satu lagi Cockpit Voice Recorder masih perlu dicari dengan perlu tanpa bantuan (underwater locator beacon). Namun kami meyakini semua bahwa karena beacon yang ada di cockpit voice recorder ditemukan di sekitar itu maka dengan keyakinan yang tinggi cockpit voice akan segera ditemukan," ucap dia.
Sejumlah prajurit TNI AL saat mengevakuasi puing-puing yang diduga berada dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (12/1). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Sementara itu, Kadislambair Koarmada I Kolonel Laut (T) Wahyudin Arif menceritakan FDR ditemukan di detik-detik terakhir penyelaman pada Selasa (12/1).
"Terakhir pada saat jam terakhir. Kita terakhir menyelam itu jam 3 (sore) tapi kebetulan jam 3 kurang 10 (14.50 WIB) tadi itu, alhamdulillah Mayor Iwan dan Putu itu berhasil menemukan black box," kata Wahyudin seperti dikutip dari akun Instagram resmi Koarmada I, Selasa (12/1).
ADVERTISEMENT
"Itu di detik-detik terakhir karena kita memang (seharusnya) sampai jam 3 sudah berada di atas," imbuhnya.
Petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memindahkan Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Selasa (12/1). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
FDR Sriwijaya Air SJ 182 pun langsung diserahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk segera diselidiki isinya terkait penyebab pesawat nahas itu jatuh. Data FDR akan diunduh KNKT dalam waktu 2-5 hari.
"Kami mohon doa masyarakat agar pengunduhan data FDR yang diperkirakan memakan waktu 2-5 hari berjalan baik dan dapat mengungkap misteri penyebab kecelakaan ini," ujar Ketua KNKT Soerjono Tjahjanto saat saat konferensi pers di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Selasa (12/1).
Saat ini, masih ada satu bagian dari black box Sriwijaya Air SJ 182 yang tengah dicari tim SAR gabungan, yakni CVR. CVR adalah bagian dari black box yang memuat rekaman pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC).
ADVERTISEMENT

Temuan Awal Kondisi Sriwijaya Air SJ 182 Saat Jatuh

Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air Foto: Dok. Sriwijaya Air
Meski masih menunggu CVR ditemukan, KNKT menyampaikan hasil temuan awal dari insiden kecelakaan pesawat ini. Diduga pesawat jenis Boeing 737-500 itu membentur permukaan laut dengan kondisi mesin yang masih hidup.
Soerjanto mengatakan, dugaan itu berdasarkan data radar (ADS-B) yang diterima KNKT dari AirNav Indonesia. Dari data itu, diketahui pesawat mengudara pukul 14.36 WIB, menuju arah barat laut.
Pesawat itu lalu mencapai ketinggian 10.900 kaki pada pukul 14.40 WIB. Ketinggian penerbangan pesawat dengan nomor registrasi PK-CLC itu lalu turun hingga data terakhir tercatat pada 250 kaki.
"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air," kata Soerjanto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/1).
ADVERTISEMENT