Mendagri Tito: Kita Tak Bisa Lockdown Depok, Makanya Lockdown Muka Pakai Masker

13 Agustus 2020 13:42 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Dalam Negeri RI Tito Karnavian. Foto: Dok. Kemendagri
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Dalam Negeri RI Tito Karnavian. Foto: Dok. Kemendagri
ADVERTISEMENT
Mendagri Tito Karnavian menyoroti kasus penularan virus corona di Kota Depok, Jawa Barat, yang sempat berada di zona merah. Menurut Tito, meski lockdown merupakan opsi yang baik, cara itu tidak bisa diterapkan di Depok.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Tito menyarankan Wali Kota Depok, Muhammad Idris, gencar menyosialiasikan pemakaian masker. Dengan memakai masker dan mencuci tangan, perpindahan virus akan bisa diminimalisasi.
"Kita tidak bisa melakukan lockdown Depok, impossible. Makanya yang kita lakukan adalah lockdown muka (pakai masker)," kelakar Tito saat menghadiri launching gerakan dua juta masker di Kantor Pemkot Depok, Kamis (13/8).
"lockdown hidung mulut kita, daripada lockdown susah, nanti Pak Wali menegakkan TNI-Polri juga setengah mati, Satpol PP nanti bisa-bisa digebukkin," tutur Tito.
Mendagri Tito Karnavian saat menghadiri rapat bersama Komisi II DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Rabu (26/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Tito memberikan tiga syarat penting jika suatu wilayah bisa melakukan lockdown. Yakni, kondisi geografis, pemenuhan logistik, dan kemampuan PCR.
"Depok mampu nggak, menutup wilayah dari Jakarta dan Bogor? dan perbatasan sekitarnya tidak boleh masuk sini selama lockdown? Saya bilang, hampir impossible, karena tidak ada batas alam, antara Jagakarsa sama Depok bagian dekat Jagakarsa sudah jadi satu, hanya ada batas di peta saja, batas alamnya, tidak jelas. Dengan kabupaten bogor, juga tidak jelas perbatasannya," kata Tito.
ADVERTISEMENT
Yang kedua, Tito menegaskan, kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat harus terpenuhi jika lockdown diberlakukan. Selama masyarakat karantina mandiri di rumah, pemerintah setempat harus memberikan logistik.
"Kita harus mendata masyarakat yang punya uang, punya logistik, sebulan kita lockdown, setiap orang sebulan tidak boleh keluar, dia harus siap dengan makanannya, kasih dia internet supaya mereka tidak bosan, dan kemudian yang tidak mampu harus dibiayai supaya bisa bertahan selama sebulan tidak keluar," kata Tito.
Mohammad Idris, Wali Kota Depok Foto: kumparan/Laurens
Persyaratan berikutnya adalah kemampuan tes PCR. Setelah masa lockdown selesai, semua orang yang hendak masuk ke wilayah itu harus diperiksa via tes swab lalu dikarantina selama 14 hari.
"Nah, apakah ini bisa dikerjakan Depok? Berat. Geografi sulit, tidak ada batas wilayahnya, apakah memilik kemampuan finansial, untuk menanggung kebutuhan warga selama lockdown?" kata Tito.
ADVERTISEMENT
"Apakah memiliki kemampuan untuk melakukan setiap orang yang masuk kerja, lalu masuk lagi ke depok, dia harus 14 hari karantina. Mana mau mereka? Pasti mereka 14 hari diberhentin oleh bosnya. Karena memang karakternya Depok, tinggal di sini, kerja di sana, balik lagi tiap hari," tuturnya.
Oleh karena itu, Tito mengutamakan proteksi perorangan. Menurut Tito, cara ini telah dilakukan di seluruh dunia, yakni gerakan memakai masker, menjaga jarak, hingga menghindari kerumunan sosial. Meski demikian, Tito mengakui Depok adalah wilayah yang memiliki masalah kompleks.
Petugas medis melakukan tes diagnostik cepat (rapid test) COVID-19 kepada sejumlah sampel darah dari calon penumpang KRL di Stasiun Citayam, Depok, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
"Easy to talk, but difficult to implement. Mudah mengatakan, melaksanakannya sulit. Depok inilah yang memiliki dua juta penduduk lebih besar dari Brunei, separuh negara Singapura, dua juta orang di tempat sempit," tutur Tito.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Pemkot Depok, hingga 13 Agustus, status Depok sudah bergeser dari zona merah ke oranye. Saat ini, depok memiliki 1.516 pasien positif (di RS), 1.113 sembuh, dan 55 meninggal. Total kasus tanpa gejala sebanyak 3.495.
"Alhamdulillah per 3 agustus-10 agustus skor meningkat pun tipis jadi 1,86 zona oranye. Kita menunggu mudah-mudahan pasien positif dari tanggal 11-18 Agustus pekan ke 24 nanti memang trennya menurun, kesembuhan juga meningkat cukup baik, tutur Wali Kota Depok, Muhammad Idris.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***