Mendes Dorong Penerapan New Normal di Desa Tetap Pertahankan Budaya dan Adat

1 Juli 2020 19:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendes Abdul Halim Iskandar saat menjadi keynote speech pada Kongres Kebudayaan Desa yang dilaksanakan secara virtual, Jakarta, Rabu (1/7). Foto: Kemendes PDTT
zoom-in-whitePerbesar
Mendes Abdul Halim Iskandar saat menjadi keynote speech pada Kongres Kebudayaan Desa yang dilaksanakan secara virtual, Jakarta, Rabu (1/7). Foto: Kemendes PDTT
ADVERTISEMENT
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT), Abdul Halim Iskandar, mengatakan, desa memiliki model dan modul tersendiri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, termasuk dalam menerapkan new normal saat pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Uniknya, kata Abdul Halim, penerapan new normal itu tetap bisa bertumpu pada budaya dan adat setempat.
“Saya berharap para praktisi bisa menceritakan bagaimana cara desa melalui kebudayaan bisa menghadapi kenormalan baru hidup di desa,” ujarnya saat menjadi keynote speech pada Kongres Kebudayaan Desa yang dilaksanakan secara virtual, Rabu (1/7).
Mendes Abdul Halim Iskandar saat menjadi keynote speech pada Kongres Kebudayaan Desa yang dilaksanakan secara virtual, Jakarta, Rabu (1/7). Foto: Kemendes PDTT
Pria yang kerap disapa Gus Menteri ini mengatakan, pandemi COVID-19 berimbas pada paradigma baru dalam melihat dunia, termasuk kebudayaan. Ia pun mencontohkan budaya tatap muka saat seminar, bersalam-salaman, dan budaya mengobrol secara langsung, kini telah beralih pada budaya virtual yang serba teknologi.
“Saya dan semua peserta Kongres Kebudayaan Desa tahun 2020 ini saja tidak seperti biasanya. Biasanya kita ketemu, tatap muka, bersalaman dan bercipika-cipiki, ngobrol, kalau bahasa Jawanya gojlok-gojlokan, kita tidak melakukan itu. Tapi kita bertatap muka dengan meminta tolong kebudayaan baru yang bernama teknologi informasi,” ujarnya.
Pecalang atau petugas keamanan adat Bali melakukan pengawasan terkait pencegahan virus corona. Foto: Antara/Fikri Yusuf
Oleh karena itu menurut Abdul Halim, tatanan kehidupan saat new normal menjadi langkah strategis dalam mengatasi keterbatasan aktivitas akibat pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, masyarakat saat new normal tetap dapat saling bertemu dan berdialog secara langsung, namun harus tetap menjaga jarak, tidak bersalaman, dan saling menerapkan protokol kesehatan.
“Dan tentu kita juga berharap ini (pandemi COVID-19) segera selesai. Karena semua itu sebenarnya bukan budaya asli kita, kita ingin kembali ke budaya asli kita,” ujarnya.
Posko jaga desa pencegahan dan pengendalian penyebaran COVID-19. Foto: Dok. Kemendes PDTT
Abdul Halim meyakini desa memiliki solusi permasalahan tersendiri yang khas. Sebisa mungkin, kata dia, desa menyelesaikan permasalahan-permasalahan warga melalui adat dan budaya yang dimiliki masing-masing.
Tak hanya itu, Abdul mengatakan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa juga bertumpu pada akar budaya di setiap desa. Pasalnya, adat dan budaya yang menjadi kekayaan Indonesia adalah berasal dari desa.
“Saya selalu mengatakan bahawa perencanaan pembangunan dan pelaksanaan pembangunan desa, jangan sekali-kali lepas dari tumpuan dan akar budaya desa setempat,” tegasnya.
Mendes Abdul Halim Iskandar saat menjadi keynote speech pada Kongres Kebudayaan Desa yang dilaksanakan secara virtual, Jakarta, Rabu (1/7). Foto: Kemendes PDTT
Sebagai penutup, Abdul Halim yakin Kongres Kebudayaan Desa yang digelar hari ini merupakan momentum kebangkitan desa-desa. Ia berharap, Kongres Kebudayaan Desa dapat dilaksanakan rutin setiap tahun.
ADVERTISEMENT
“Mudah-mudahan ini merupakan awal untuk Kongres Kebudayaan Desa tahun-tahun berikutnya,” ujarnya.
————-----------------------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona