Mendes Klaim Dana Desa Turunkan Angka Potensi Stunting pada Anak

14 Januari 2019 12:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi 'stunting' (Foto: unicef indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi 'stunting' (Foto: unicef indonesia)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan pada tahun 2014, angka potensi stunting pada anak masih tinggi yakni 37,2 persen. Eko menyebut, hal ini akan menjadi masalah apabila tidak segera ditangani.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, potensi anak dengan stunting akan menyebabkan jaringan otak anak tidak dapat tumbuh secara maksimal. Sehingga, dengan jumlah 37,2 persen apabila tak ditangani 15 tahun ke depan dapat berpotensi 40 persen anak Indonesia hanya mengenyam pendidikan hingga SD saja karena ketidakmampuan otak.
"Kalau tidak dibenahi mungkin kita akan sulit karena angkatan kerja kita 15 tahun akan datang 40 persen hanya angkatan SD saja," kata Eko dalam Rakornas Kementerian Pertanian di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin (14/1).
Menurut Eko, salah satu penyebabnya adalah pada 2014, masih banyak desa yang belum menikmati dana langsung untuk membangun desanya. Menurutnya, pada tahun-tahun tersebut, dana desa terkadang tersendat di tingkat Provinsi dan Kabupaten, tidak langsung mengalir ke desa.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Eko menyebut dengan diterapkannya dana desa pada 2015, hal tersebut mulai berubah. Menurutnya, dengan adanya dana langsung ke desa berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat desa termasuk dari sisi pemenuhan gizi yang cukup bagi anak.
ADVERTISEMENT
Namun, dana saja tidak cukup. Hal ini dikarenakan masih ada 60 persen kepala desa di daerah yang masih berpendidikan lulusan SD dan SMP. Menurut Eko, ini merupakan tantangan lain yang harus diselesaikan.
"60 persen lebih dari kepala desa kita itu rata-rata hanya tamatan SD dan SMP bahkan banyak kepala desa di Indonesia timur yang SD saja tidak tamat. Ini bagaimana mereka bisa mengelola dana desa, dana negara dengan sistem akunting yang rumit," ujar Eko.
Sehingga, pada 2015, di tahun awal, penyerapan dana desa hanya 82 persen saja. Namun, Pemerintah tidak menghentikan dana tersebut. Menurut Eko, bahkan Pemerintah menambahkan dua kali lipat dana desa dari Rp 20,67 triliun menjadi Rp 44,98 triliun.
ADVERTISEMENT
"Angka stunting terus turun dari 37,2 persen di 2014 pada 2018 ini 30,8 persen. Penurunan ini merupkan tertinggi di dunia," ucap Eko.
"Kalau kerja keras ini bisa kita lanjutkan, dalam kurang dari 10 tahun Indonesia bisa bebas dari stunting," pungkasnya.