SQR- Hotline Corona di Surabaya

Mengapa Ada Anak Muda Mati karena Corona?

14 April 2020 18:47 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak muda juga bisa mati karena corona. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Anak muda juga bisa mati karena corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Orang lanjut usia menjadi kelompok umur yang paling terancam karena corona. Namun, seiring perkembangan penyebaran COVID-19 di dunia, tak sedikit pula orang berusia relatif muda yang menjadi korban.
ADVERTISEMENT
Di Inggris, anak berusia 13 tahun meninggal karena COVID-19 akhir Maret 2020. WHO sampai-sampai harus mengingatkan ke anak muda di seluruh dunia: anak muda bukannya aman dari virus ini.
Pertanyaannya: Loh, bukankah virus ini hanya berbahaya buat orang tua?
Jawabannya: Tidak juga.
Memang dari data yang ada, lansia menjadi yang paling terancam oleh COVID-19. Penelitian oleh Imperial College London, dengan menggunakan kasus di Italia dan China, menemukan bahwa hanya 5 persen orang di bawah 50 tahun yang perlu dirawat intensif di rumah sakit.
Angka ini naik menjadi 27 persen bagi kelompok usia 60-an tahun; 43 persen bagi kelompok usia 70an tahun; dan 71 persen bagi kelompok umur 80-an tahun.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kelompok umur di bawah 30 tahun yang perlu perawatan di rumah sakit bahkan hanya mencapai 2 persen.
Pengecekan suhu untuk pencegahan corona. Foto: ANTARA/Zabur Karuru
Persoalannya, bukan cuma umur yang berkorelasi terhadap tingkat kegawatan COVID-19. Kondisi medis sebelumnya atau penyakit bawaan menjadi faktor lain yang juga turut menentukan, berapa pun umurnya.
Contohnya adalah asma dan penyakit paru-paru kronis yang menyerang beragam kelompok umur. Celakanya, asma adalah jenis penyakit tidak menular yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia.
Di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan yang diperbarui pada 2018, sebanyak 4,5 persen dari seluruh rakyatnya menderita asma. Jumlahnya: 11.179.032 orang.
Selain asma dan penyakit paru kronis lain (macam asbestosis, pneumonitis, dan fibrosis paru), kondisi medis lain yang memperparah pengidap COVID-19 adalah:
ADVERTISEMENT
Selain kondisi medis yang ada, beberapa teori juga menjelaskan mengapa orang berusia muda yang tampak sehat bisa meninggal karena corona.
Yang pertama adalah jumlah paparan virus corona itu sendiri. Orang yang terpapar virus corona dengan jumlah yang lebih banyak, akan mendapat risiko fatalitas lebih tinggi.
Pandangan ini didukung oleh virologis Alison Sinclair dari Inggris dan Edwark Parker dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.
“Berdasar laporan awal dari China, ada kecenderungan bahwa pasien yang terpapar jumlah virus yang lebih banyak akan mengalami gejala penyakit yang lebih serius. Hal ini juga terjadi pada SARS dan influenza,” ujar Parker seperti dikutip dari The Guardian.
ADVERTISEMENT
Yang kedua adalah gen. Michael Skinner, virologis dari Imperial College London, percaya bahwa kondisi genetik tertentu bisa membuat penyakit tertentu bereaksi berbeda.
Hal ini terjadi pada virus herpes simplex. Mutasi pada sel penerima bernama TLR3 pada sistem saraf pusat membuat sebagian orang tidak mampu bertahan dari virus yang sama, menyebabkan satu kondisi bernama herpes simplex encephalitis. Kondisi ini menyebabkan kejang pada anak.
“Bisa jadi kita melihat penerimaan yang sama pada beberapa orang dalam kasus COVID-19 ini, yang membuat beberapa orang menderita jauh lebih berat sementara orang lain tidak, kata Skinner dilansir dari sumber yang sama.
Yang kemudian bisa dilakukan, lagi-lagi, adalah berusaha sama sekali tidak tertular virus corona. Kebijakan social distancing, menjaga jarak aman dari orang lain, mengenakan masker, dan keputusan untuk stay at home tidak boleh hanya menjadi bahan obrolan saja.
ADVERTISEMENT
Mengeluh boleh, tapi dari rumah sendiri.
Yuk, cegah corona. Ilustrasi: Dimas/kumparan
Story ini merupakan bagian dari Pusat Informasi Corona. Sebuah inisiatif yang dirancang kumparan untuk membantu masyarakat dalam menghadapi pandemi corona.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk membantu mencegah penyebaran coronavirus COVID-19. Yuk, bantu donasi sekarang!
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten