Mengenal KRI Soeharso yang Akan Jemput 74 WNI dari Kapal Diamond Princess

21 Februari 2020 7:07 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KRI dr Soeharso bersandar di Dermaga Komando Armada II Surabaya, Kamis (20/2). Foto: ANTARA/Aditya Ramadhan
zoom-in-whitePerbesar
KRI dr Soeharso bersandar di Dermaga Komando Armada II Surabaya, Kamis (20/2). Foto: ANTARA/Aditya Ramadhan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Indonesia menyiapkan Kapal Republik Indonesia (KRI) dr. Soeharso di Dermaga Komando Armada II Surabaya. Kapal itu rencananya dipakai untuk menjemput 74 WNI kru Kapal Pesiar Diamond Princess di Jepang.
ADVERTISEMENT
Kapal Diamond Princess bersama ribuan penumpang dan kru kapal dikarantina di Pelabuhan Yokohama karena virus corona.
Untuk proses penjemputan 74 WNI di Kapal Diamond Princess, KRI Soeharso tengah diisi logistik oleh petugas. Logistik itu akan digunakan sepanjang perjalanan dalam misi evakuasi.

Seperti apa profil KRI dr. Soeharso?

KRI Soeharso (990) merupakan kapal jenis bantu rumah sakit (BRS). Sebelum berubah menjadi BRS, kapal itu digunakan untuk membantu tugas bantu angkut personel (BAP).
Saat menjadi kapal BAP, namanya KRI Tanjung Dalpele (972). Kapal itu diproduksi oleh Daesun Shipbuildings & Engineering Co. Ltd, Korea Selatan dan tiba di Indonesia tahun 2003. Pemerintah RI era Megawati Soekarnoputri membeli kapal ini sebesar 38 juta dolar AS (kurs 2003: Rp 8.570).
Personel TNI Angkatan Laut merapikan tempat tidur di kapal rumah sakit KRI dr Soeharso di Dermaga Madura, Komando Armada II Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/2). Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Nama Dalpele dipilih dan diambil dari sebuah tanjung di gugusan kepulauan di Papua. Nama itu disematkan di atas KRI untuk menghormati dan mengenang perjuangan para sukarelawan putra-putri RI yang mengorbankan jiwa saat operasi Komando Trikora.
ADVERTISEMENT
Secara teknis, kapal ini punya berat kosong 11.394 ton. Jika terisi penuh beratnya mencapai 16.000 ton, setara dengan berat 177 lokomotif kereta api.
Panjangnya yakni 122 meter, hampir sepanjang 1 lapangan sepak bola dan memiliki lebar 22 meter. Kapal ini mampu menampung 400 awak kapal dan memuat 3 helikopter.
Seiring berjalannya waktu dan tuntutan kebutuhan TNI AL, KRI ini kemudian berubah nama menjadi KRI dr Soeharso. Pengambilan nama KRI terinspirasi dari sosok dr Soeharso --seorang dokter ortopedi (ahli bedah tulang).
Personel TNI Angkatan Laut memeriksa alat 'Isolated Capsule Transporter' di kapal rumah sakit KRI dr Soeharso di Dermaga Madura, Komando Armada II Surabaya. Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Soeharso banyak berjasa selama masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia berkontribusi dalam menolong pejuang yang mengalami disabilitas anggota gerak anggota tubuh akibat peperangan.
Soeharso lahir tanggal 13 Mei 1912 di Desa Kembang, Ampel Kabupaten Boyolali. Anak ke-4 dari 8 bersaudara itu pernah aktif dalam Jong Java.
ADVERTISEMENT
Ia sempat mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Nederlandsch Indische Artsen School atau sekolah kedokteran di Surabaya. Setelah lulus ia bertugas di sejumlah rumah sakit dan membantu penyembuhan korban perang kemerdekaan RI.
Tahun 1953, Soeharso mendirikan RS Ortopedi dan Yayasan Pemeliharaan Anak-anak Cacat di Surakarta.
Soeharso meninggal di usia 59 tahun pada tanggal 27 Februari 1971. Atas jasanya bagi negara, Soeharso mendapat anugerah pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden No. 088/Tk/1973 tanggal 6 November 1973.